Sejarah Penanggalan Masehi vs Hijriyyah
Munculnya sejarah penanggalan Masehi vs Hijriyyah merupkan hal yang sangat menarik untuk dikaji secara terfokus. Terutama berkaitan dengan paradigma keberadaan tahun ini yang selalu dikaitakan dengan identitas dari spiritual suatu kelompok.
Betulkah kemunculan model penanggalan tahun itu merupakan bagian identitas dari suatu ideologi? ataukah lebih merupakan penemuan yang merupakan perkembangan dari peradaban pikir manusia dari waktu ke waktu?
Sudah menjadi pengalaman menarik sekaligus menggelitik, setidaknya seperti yang selalu saya alami, penomena pergantian tahun sering menimbulkan polemik, bahkan sering berakhir dalam huru hara yang sebenarnya tidak perlu.
Model penyambutan tahun baru sering menimbulkan pergolakan didalam masyarakat negeri ini, khususnya ketika menyambut tahun baru masehi. Ada sebagian yang menganggapnya sebagai perbuatan bid'ah yang bertentangan dengan syara.
Baca Juga : Sejarah dan tujuan muludan
Ada juga yang menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah, karena perbuatan ini termasuk pada sebuah kegiatan yang mubah.
Dalam sebuah ayat di surat Yunus disinggung mengenai 2 jenis penganggalan!
Ayat ini secara jelas mengajarkan kepada manusia bahwa perhitungan bulan dan tahun ini ada 2 macam.
Bulan yang perhitungannya berdasarkan peredaran matahari dan bulan yang perhitungannya berdasarkan pada peredaran bulan.
Selanjutnya yang menggunakan peredaran matahari dalam perhitungannya disebut Syamsiyyah dan yang menggungakan peredaran bulan dalam perhitungannya disebut Qomariyyah.
Penegasan keberadaan tahun Syamsiyahpun disiratkan dalam ayat beriktut
Ayat ini - melalui kata "ditambah sembilan tahun" - menyebutkan perbedaan antara Qamariyah dengan Syamsiyah dalam kurun waktu 3 abad yaitu; memiliki selisih 9 tahun.
Ini sebuah penegasan dari Allah swt mengenai keberadaan tahun "Syamsiyah", selain tahun Qamariyah yang sering dihubungkan dengan kekhasan dari umat islam.
Baca Juga : Sejarah Muharram dan munculnya tahun hijriyyah
Jadi, kedua model tahun ini sudah ada sejak dahulu kala. Namun dalam penghitungan tahun syamsiah terjadi pengulangan penghitungan, yakni tahun 1 dimulai dari kelahiran Nabi Isa sementara tahun 1 hijriyyah dihitung dari ketika Nabi Muhammad saw melakukan hijrah.
Setelah pengulangan perhitungan itu, kemudian keduanya memiliki istilah baru sesuai dengan titik awal penghitungan.
Syamsiyyah dalam pengulangan itu seperti telah disinggung diatas, dimulai dari kelahiran Nabi Isa yang memiliki gelar al-Masih, selanjutnya menjadi masyhur dengan sebutan tahun Masehi. Biasanya di singkat dengan "M" ketika menuliskan angka tahunnya. Hingga saat ini sudah 2020 tahun.
Mungkin karena kebodohannya akhirnya ini dinisbatkan kepada kekristenan.
Begitu juga Qomariyah, karena dalam penghitungan dimulai dari peristiwa Hijrah Nabi Muhammad saw, kemudian menjadi masyhur dengan sebutan tahun Hijriyyah. Ketika penulisan dengan tahunnya huruf "H" selalu dibubuhkan diakhir penulisan tahun, dan saat ini sudah berusia 1441 tahun.
Mungkin karena fanatik buta, banyak orang menisbatkan ini kepada keislaman.
Memang sangat diakui, fungsi dari penanggalan ini salah satunya digunakan untuk penetapan amaliyah ritual ibadah di kedua Agama ini. Tetapi perlu di pahami bahwa penanggalan tahun ini jelas merupakan bagian terpisah dan merupakan makhluk Allah yang juga diciptakan untuk kehidupan manusia secara menyeluruh.
Merayakan salah satunya tidak termasuk pada kategori penguatan ataupun pelencengan dalam keyakinan. Tetapi akan lebih istimewa bila dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas ni'mat waktu yang telah dianugerahkan.
Maka, hati-hatilah jangan sampai kita malah mengkufuri ni'mat Allah swt dengan tidak sadar. Jika memang atas nama cinta, sebaiknya biarkan rasa cinta kita lebih istimewa dengan penuh kesyukuran.
Semoga postingan sederhana ini bisa membuka pemikiran kita dan lebih dewasa dalam menyikapi segala peristiwa yang dihadapi dalam kehidupan ini.
Keselamatan akhirat tidak melulu harus dengan apriori dalam mengedepankan identitas agama, tetapi lebih fokus pada menempatkan fungsi hidup yang sesungguhnya untuk mengabdi kepada Allah swt. Wallahu a'lam
Betulkah kemunculan model penanggalan tahun itu merupakan bagian identitas dari suatu ideologi? ataukah lebih merupakan penemuan yang merupakan perkembangan dari peradaban pikir manusia dari waktu ke waktu?
Sudah menjadi pengalaman menarik sekaligus menggelitik, setidaknya seperti yang selalu saya alami, penomena pergantian tahun sering menimbulkan polemik, bahkan sering berakhir dalam huru hara yang sebenarnya tidak perlu.
Model penyambutan tahun baru sering menimbulkan pergolakan didalam masyarakat negeri ini, khususnya ketika menyambut tahun baru masehi. Ada sebagian yang menganggapnya sebagai perbuatan bid'ah yang bertentangan dengan syara.
Baca Juga : Sejarah dan tujuan muludan
Ada juga yang menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah, karena perbuatan ini termasuk pada sebuah kegiatan yang mubah.
Dalam sebuah ayat di surat Yunus disinggung mengenai 2 jenis penganggalan!
الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (يونس:٥
"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui" (Yunus:5)
Ayat ini secara jelas mengajarkan kepada manusia bahwa perhitungan bulan dan tahun ini ada 2 macam.
Bulan yang perhitungannya berdasarkan peredaran matahari dan bulan yang perhitungannya berdasarkan pada peredaran bulan.
Selanjutnya yang menggunakan peredaran matahari dalam perhitungannya disebut Syamsiyyah dan yang menggungakan peredaran bulan dalam perhitungannya disebut Qomariyyah.
Penegasan keberadaan tahun Syamsiyahpun disiratkan dalam ayat beriktut
وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا
"Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)" (Al Kahfi:25)
Ayat ini - melalui kata "ditambah sembilan tahun" - menyebutkan perbedaan antara Qamariyah dengan Syamsiyah dalam kurun waktu 3 abad yaitu; memiliki selisih 9 tahun.
Ini sebuah penegasan dari Allah swt mengenai keberadaan tahun "Syamsiyah", selain tahun Qamariyah yang sering dihubungkan dengan kekhasan dari umat islam.
Baca Juga : Sejarah Muharram dan munculnya tahun hijriyyah
Jadi, kedua model tahun ini sudah ada sejak dahulu kala. Namun dalam penghitungan tahun syamsiah terjadi pengulangan penghitungan, yakni tahun 1 dimulai dari kelahiran Nabi Isa sementara tahun 1 hijriyyah dihitung dari ketika Nabi Muhammad saw melakukan hijrah.
Setelah pengulangan perhitungan itu, kemudian keduanya memiliki istilah baru sesuai dengan titik awal penghitungan.
Syamsiyyah dalam pengulangan itu seperti telah disinggung diatas, dimulai dari kelahiran Nabi Isa yang memiliki gelar al-Masih, selanjutnya menjadi masyhur dengan sebutan tahun Masehi. Biasanya di singkat dengan "M" ketika menuliskan angka tahunnya. Hingga saat ini sudah 2020 tahun.
Mungkin karena kebodohannya akhirnya ini dinisbatkan kepada kekristenan.
Begitu juga Qomariyah, karena dalam penghitungan dimulai dari peristiwa Hijrah Nabi Muhammad saw, kemudian menjadi masyhur dengan sebutan tahun Hijriyyah. Ketika penulisan dengan tahunnya huruf "H" selalu dibubuhkan diakhir penulisan tahun, dan saat ini sudah berusia 1441 tahun.
Mungkin karena fanatik buta, banyak orang menisbatkan ini kepada keislaman.
Memang sangat diakui, fungsi dari penanggalan ini salah satunya digunakan untuk penetapan amaliyah ritual ibadah di kedua Agama ini. Tetapi perlu di pahami bahwa penanggalan tahun ini jelas merupakan bagian terpisah dan merupakan makhluk Allah yang juga diciptakan untuk kehidupan manusia secara menyeluruh.
Merayakan salah satunya tidak termasuk pada kategori penguatan ataupun pelencengan dalam keyakinan. Tetapi akan lebih istimewa bila dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas ni'mat waktu yang telah dianugerahkan.
Maka, hati-hatilah jangan sampai kita malah mengkufuri ni'mat Allah swt dengan tidak sadar. Jika memang atas nama cinta, sebaiknya biarkan rasa cinta kita lebih istimewa dengan penuh kesyukuran.
Semoga postingan sederhana ini bisa membuka pemikiran kita dan lebih dewasa dalam menyikapi segala peristiwa yang dihadapi dalam kehidupan ini.
Keselamatan akhirat tidak melulu harus dengan apriori dalam mengedepankan identitas agama, tetapi lebih fokus pada menempatkan fungsi hidup yang sesungguhnya untuk mengabdi kepada Allah swt. Wallahu a'lam
Posting Komentar untuk "Sejarah Penanggalan Masehi vs Hijriyyah "
Posting Komentar
Tinggalkan komentar Anda dengan bahasa yang mudah dipahami, sopan, tidak negatif dan memotifasi semua orang.
Terimakasih