Sejarah Muharram dan Munculnya Tahun Baru Hijriyyah

Sejarah Muharram dan Munculnya Tahun Baru Hijriyyah | Karnaval pawai obor yang kini identik dengan datangnya 1 Muharram memang bukan budaya baru, tetapi merupakan kebiasaan yang sejak lama telah dilakukan oleh generasi masa lalu. 

Termasuk yang dilangsungkan di Desa Cikembang pada tahun baru 1441 Hijriyyah kali ini , kendati baru yang ke-3 kali dilakukan namun geliatnya sudah sangat terasa bahwa ini akan menjadi budaya yang memperkaya khazanah keislaman di Desa Cikembang.

sejarah muharram dan munculnya tahun baru hijriyyah

Sejarah Muharram dan Munculnya Tahun Baru Hijriyyah: Peringatan dan Pelajaran

Pernahkah Anda berpikir tentang makna di balik bulan Muharram? 

Bulan ini bukan hanya bulan pertama dalam penanggalan kalender hijriyah, tetapi juga memiliki sejarah yang kaya dan penting dalam perkembangan Islam. 

Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi sejarah Muharram dan bagaimana tahun baru hijriyyah muncul dalam konteksnya. 

Bulan Muharram: Keagungan dan Keutamaan

Bulan Muharram adalah salah satu bulan yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Namun, mengapa bulan ini begitu istimewa? Keutamaan bulan Muharram memiliki akar dalam sejarah dan ajaran Islam. 

Sejarah dan Asal Usul Nama Muharram

Kata "Muharram" berasal dari kata "harama," yang berarti suci atau terlarang dalam bahasa Arab. 

Alasan di balik pemberian nama Muharram adalah larangan untuk berperang dan membunuh yang telah ada sejak zaman sebelum kemunculan Islam. 

Bahkan setelah Islam muncul, larangan tersebut tetap berlaku hingga hari ini.

Namun, apakah ini berarti larangan berperang dan membunuh hanya berlaku dalam konteks fisik? Tidak. 

Dalam era media sosial dan pertukaran pandangan yang bebas, perang dalam bentuk lain, seperti peperangan opini dan kata-kata, masih sering terjadi. 

Dalam konteks ini, larangan berperang dan membunuh yang berlaku di bulan Muharram tetap relevan. Mungkin, ini adalah bentuk peperangan yang lebih halus, tetapi dampaknya bisa sama merusaknya.

Kita sering melihat konten yang berisi opini yang tajam, hujatan, atau bahkan kebencian di media sosial. 

Semua ini bisa dianggap sebagai bentuk peperangan kata-kata, dan bulan Muharram mengingatkan kita untuk merenungkan dampak kata-kata kita pada orang lain dan mendorong kita untuk berbicara dengan bijaksana dan berempati.

Munculnya Tahun Baru Hijriyyah

Sebelum tahun hijriyyah, bangsa Arab tidak memiliki sistem penanggalan tahun yang terstandarisasi. 

Mereka sering mengacu pada peristiwa besar yang terjadi dalam tahun tertentu untuk memberi nama tahun tersebut. 

Sebagai contoh, tahun "gajah" (amul fil) merujuk pada peristiwa ketika pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah, seorang raja yang menaklukkan Yaman, mencoba menghancurkan Ka'bah tetapi digagalkan oleh burung ababil yang membawa batu kerikil dari neraka, yang dikirim langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Namun, setelah munculnya Islam, kebutuhan akan sistem penanggalan tahun yang terstandarisasi muncul. 

Khalifah Umar bin Khattab, dalam tahun pemerintahannya yang ketiga, dihadapkan pada masalah ini. Salah satu gubernur di Basrah, Abu Musa Al-Asy'ari, menghadapi kesulitan dalam menyusun agenda pemerintahan karena tidak ada sistem penanggalan yang jelas.

Khalifah Umar kemudian memutuskan untuk mengeluarkan kalender Islam setelah melakukan konsultasi dengan para sahabatnya. 

Kesepakatan akhir adalah bahwa tahun hijriyyah akan dimulai dari tahun hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin ke Madinah. 

Dengan dasar peristiwa hijrah ini, kalender Islam dikenal sebagai kalender hijriyyah.

Penentuan Bulan Pertama: Muharram

Setelah tahun pertama kalender Islam diatur berdasarkan hijrah Nabi Muhammad SAW, masalah selanjutnya adalah menentukan bulan pertama dalam kalender hijriyyah. 

Sahabat Utsman ibn 'Affan mengusulkan bahwa bulan Muharram harus menjadi bulan pertama dalam tahun hijriyyah.

Usulan sahabat Utsman ini didasarkan pada beberapa alasan penting. 

Pertama, orang Arab sejak lama menganggap Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender mereka. 

Kedua, umat Islam baru saja menyelesaikan ibadah haji pada bulan Dzulhijjah, yang merupakan salah satu bulan haram. 

Ketiga, bulan Muharram adalah bulan di mana tekad untuk melaksanakan hijrah ke Madinah muncul setelah peristiwa Baiat Aqabah II.

Berdasarkan argumen ini, bulan Muharram ditetapkan sebagai bulan pertama dalam kalender hijriyyah. Sejak saat itu, setiap tahun, 1 Muharram dirayakan sebagai tahun baru hijriyyah oleh umat Islam di seluruh dunia.

Pelajaran dari Sejarah Muharram dan Tahun Baru Hijriyyah

Sejarah Muharram dan munculnya tahun baru hijriyyah mengajarkan kita banyak pelajaran berharga. 

Salah satunya adalah pentingnya perdamaian dalam kehidupan manusia, tanpa memandang bangsa, ras, golongan, atau agama. 

Ini adalah momen untuk merenungkan bagaimana kita dapat memanusiakan manusia lainnya, bahkan jika pandangan atau keyakinan kita berbeda.

Momen 1 Muharram juga harus menjadi semangat baru bagi umat Islam untuk memperbaiki diri dan menjalani kehidupan yang lebih baik. 

Setiap amal dan perbuatan yang kita lakukan harus membawa pahala yang tinggi sebagai bekal untuk akhirat kita. 

Dalam kesimpulan, bulan Muharram bukan hanya awal tahun hijriyyah, tetapi juga awal untuk menghargai perdamaian, merenungkan dampak kata-kata kita, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. 

Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran berharga dari sejarah Muharram dan tahun baru hijriyyah ini. Wallahu a'lam bish showab.
Asep Rois
Asep Rois Informasi yang disampaikan dalam setiap postingan di blog ini memiliki kemungkinan untuk keliru dari yang sebenarnya. Sebaiknya lakukan koreksi sebelum mengambil isinya.

Posting Komentar untuk "Sejarah Muharram dan Munculnya Tahun Baru Hijriyyah"