Al-Quran Adalah Karya Ilahi yang Ajaib

Al-Quran adalah karya Ilahi yang ajaib dan terpelihara. Al-Quran, wahyu Ilahi yang diturunkan ke bumi melalui Nabi Muhammad Saw., adalah salah satu karya ajaib dalam sejarah umat manusia. 

Namun, apa yang membuat Al-Quran begitu istimewa? 

Bagaimana cara pengumpulan dan pemeliharaannya selama berabad-abad? 

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perjalanan Al-Quran, mulai dari saat pertama kali diturunkan hingga pengumpulan pada masa Khalifah Usman bin Affan.

Mengikuti Jejak Rasulullah Saw.

Al-Quran pertama kali diturunkan melalui Nabi Muhammad Saw., seorang yang pada awal masa kenabiannya, tidak bisa membaca dan menulis. 

Namun, semangatnya dalam menerima wahyu tidak pernah luntur. Beliau dengan penuh konsentrasi dan perhatian menerima wahyu dari Malaikat Jibril. 

Rasulullah Saw. tidak pernah melewatkan satu huruf pun dari Al-Quran yang diajarkan oleh Malaikat Jibril. 

Hal ini menunjukkan sejauh mana beliau menghargai setiap kata Ilahi yang diberikan kepadanya.


Hafalan dan Penulisan Al-Quran pada Masa Sahabat

Pada masa sahabat, beberapa di antara mereka menjadikan hafalan Al-Quran sebagai catatan semu yang dapat dibuka sewaktu-waktu. 

Meskipun sebagian besar dari mereka buta huruf, beberapa sahabat menjadi penghafal Al-Quran. 

Ini penting karena Al-Quran harus ada dalam bentuk tulisan selain hafalan, untuk mencegah kemungkinan perubahan atau kerusakan. 

Al-Quran adalah mukjizat, dan membacanya mendatangkan pahala dari Allah. Oleh karena itu, menjaganya dengan cermat adalah kewajiban.


Pengumpulan Al-Quran pada Masa Rasulullah Saw.

Proses pengumpulan Al-Quran dimulai sejak zaman Rasulullah Saw. 

Setiap kali beliau menerima wahyu, beliau membacanya di hadapan para sahabat dan diperintahkan untuk mengajarkan Al-Quran kepada mereka. 

Untuk memastikan kesucian Al-Quran, setiap tahun Malaikat Jibril memeriksa bacaan Nabi Muhammad Saw. dengan cara menyuruhnya mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. 

Nabi Muhammad Saw. juga melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya. Dengan ini, Al-Quran terjaga dari kesalahan dan kekeliruan.


Para Hafidz dan Juru Tulis Al-Quran

Pada masa Rasulullah Saw., banyak sahabat yang menjadi penghafal Al-Quran, baik sebagian maupun seluruhnya. 

Mereka memainkan peran penting dalam menjaga kesucian Al-Quran. 

Selain itu, ada juga sahabat yang menjadi juru tulis wahyu, mencatat dengan hati-hati setiap wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw. 

Para sahabat ini memainkan peran kunci dalam menjaga integritas Al-Quran.


Pengumpulan Al-Quran pada Masa Khalifah Abu Bakar

Pada masa Khalifah Abu Bakar, terjadi peristiwa-peristiwa besar yang berkaitan dengan murtadnya sejumlah orang Arab. 

Ini mendorong Abu Bakar untuk mengumpulkan dan membukukan Al-Quran, meskipun awalnya ia ragu-ragu karena Rasulullah Saw. tidak pernah melakukan hal ini. 

Namun, atas dorongan Umar bin Khattab, Abu Bakar akhirnya setuju untuk mengumpulkan Al-Quran.

Abu Bakar menugaskan Zaid bin Tsabit untuk melakukan pengumpulan ini. 

Zaid adalah orang yang paling cocok untuk tugas ini karena ia adalah penghafal Al-Quran dan sekretaris wahyu bagi Rasulullah Saw. 

Zaid sangat teliti dalam menulis Al-Quran dan tidak hanya mengandalkan hafalannya. 

Hasilnya adalah mushhaf yang terbuat dari lembaran-lembaran seragam dan tersusun sesuai dengan petunjuk Rasulullah Saw.


Kelebihan Pengumpulan Al-Quran pada Masa Abu Bakar

Pengumpulan Al-Quran pada masa Abu Bakar memiliki beberapa kelebihan penting. 

Pertama, itu melibatkan penelitian yang sangat hati-hati dan detail. 

Kedua, hanya ayat-ayat yang sudah jelas tidak diubah yang ditulis pada mushhaf. 

Ketiga, hal ini menjadi ilmu umat yang mutawatir, yang artinya telah ada kesepakatan umat bahwa yang tercatat adalah ayat-ayat Al-Quran. 

Terakhir, mushhaf ini memuat Qiraah al-Sab'ah yang diakui secara sah.


Pengumpulan Al-Quran pada Masa Khalifah Usman bin Affan

Pada masa Khalifah Usman bin Affan, Islam sudah tersebar luas, dan perbedaan bacaan Al-Quran mulai muncul. 

Penduduk berbagai daerah menggunakan qiraah yang berbeda, yang menyebabkan pertikaian. 

Perbedaan ini mencakup susunan surat dan bacaan. 

Untuk mengatasi masalah ini, Usman memutuskan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushhaf standar.

Usman membentuk sebuah panitia yang terdiri dari empat sahabat terpercaya, yang bekerja keras untuk menyalin kembali ayat-ayat Al-Quran dari lembaran-lembaran yang telah ada sejak masa Abu Bakar. 

Hasilnya adalah mushhaf yang lebih sempurna, yang digunakan sebagai sumber bacaan dan hafalan oleh seluruh umat Islam.


Al-Quran adalah karya Ilahi yang ajaib dan terpelihara dengan sangat hati-hati selama berabad-abad. 

Pengumpulan Al-Quran dimulai sejak masa Rasulullah Saw. dan terus berlanjut pada masa sahabat dan khalifah. 

Upaya ini menjaga kesucian Al-Quran dan memastikan bahwa setiap umat Muslim memiliki akses kepada teks yang sama. 

Al-Quran adalah warisan yang sangat berharga bagi seluruh umat manusia, dan kita semua bertanggung jawab untuk menjaganya. 

Jangan ragu untuk memberikan komentar dan pandangan Anda tentang artikel ini, serta bagikan pemahaman Anda tentang Al-Quran yang tercinta ini.

Wallahu A'lam Bish Shawab.

Asep Rois
Asep Rois Informasi yang disampaikan dalam setiap postingan di blog ini memiliki kemungkinan untuk keliru dari yang sebenarnya. Sebaiknya lakukan koreksi sebelum mengambil isinya.

Posting Komentar untuk " Al-Quran Adalah Karya Ilahi yang Ajaib "