Kalam Allah SWT bukan berupa huruf ataupun suara

Kalam Allah SWT bukan berupa huruf ataupun suara - Dalam berbagai kesempatan kita selaku umat muslim sebaiknya terus menambah wawasan keilmuan kita dalam segala hal, khususnya yang menyangkut keyakinan kita kepada Allah SWT.

Disisi lain Rosulullah SAW telah menyampaikan tentang pentingnya ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan paling wajib untuk di pelajari, dikaji dan selalu di pahami adalah pengetahuan mengenai sesuatu yang terus di amalkan dari waktu ke waktu, seperti ilmu sholat, ilmu akhlak dan terutama ilmu mengenai keimanan kita kepada Allah swt.

Nah dalam posting kali ini AsepRois memilih untuk memposting tulisan mengenai tauhid dengan mengacu pada pentingnya memahami sifat - sifat yang ada pada Allah swt. Dan saat ini sengaja di fokuskan pada bahasan mengenai esensi dari kalam Allah swt.

Kalam Allah SWT bukan berupa huruf ataupun suara

Kalam Allah SWT tidak berupa huruf ataupun suara seperti makhluk

Jumhur ulama Ahlussunnah wal jama'ah telah menyepakati bahwa kalam Allah swt itu tidak berupa huruf ataupun suara
ليس بحرف ولا صوة

Secara kasat mata kita, mengingat pemikiran dlohir kita, maka jika kalam Allah terdiri dari huruf ataupun suara, maka akan bertentangan dengan konsep laisa kamitslihi syaiun. Dan secara tegasnya, kalam Allah swt ini tidak bisa dibayangkan dan digambarkan oleh manusia. Oleh karena itulah maka dalam memaknai kalam Allah ini seorang mukmin harus benar-benar menyerahkan hakikatnya kepada Allahs swt.

Kalam Allah SWT bukanlah berbentuk seperti huruf maupun suara, inilah salah satu dari keyakinan tauhid yang dari hari ke hari harus terus di jaga agar selamat dari kekeliruan pikir yang akhirnya akan menempatkan seseorang pada kesesatan.

Berikut ini kami nukilkan beberapa pendapat dari para Ulama (sekaligus para guru untuk umat muslim di Nusantara) mengenai Kalam Allah SWT :

“Kalam Allah sebagaimana semua sifat-sifatNya adalah qadim bukan suara, bukan huruf dah hija’ bukan dengan I’rab dan bina’. Jadi, Allah berbeda dengan semua makhluk baik itu dzat, af’al maupun sifatNya.” Syeikh Mahmud Mukhtar (Cirebon) dalam kitabnya I’anah arrafiq ‘ala nazm sulam attaufiq

“Allah memiliki sifat-sifat qadim (tidak memiliki permulaan) yang tetap bagiNya, yaitu hayat, ilmu, qufrah,iradah, sam’, bashar dan kalam yang bukan dari jenis huruf dan suara” KH. Misbah Zaenal Musthafa (Bangilan, Tuban)dalam bukunya Al Fushul al arba’iniyyah fi muhimmat al masail addiniyah.

“Dan sifat kalam, yakni kalam an-Nafsi, dengan makna bahwa kalam adalah sifat yang qadim yang tetap bagi dzat Allah, bukan huruf, bukan suara, dan tidak berlaku bagiNya didahului dan diakhirkan” KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addari (Bekasi) dalam kitabnya “Ta’liqat ‘ala matn al-jawharah”

“Mensucikan hati di dalam menyatakan masalah ‘aqaid al iman” Guru Muhammad Thahir Jam’an (Jatinegara) di dalam bukunya

“Kalam Allah artinya sifat yang qadim yang tetap bagi dzat Allah ta’ala yang berta’alluq (berkaitan) dengan apa yang ilmunya berta’alluq dengannya dan suci dari terdahulu dan terkemudian, suci dari suara dan uruf serta segala sifat makhluq.” Guru Muhammad Thahir Jam’an (Jatinegara) di dalam bukunya

Diamping pendapat-pendapat para ulama di atas, sebenarnya masih banyak pendapat-pendapat lainnya. Untuk lebih jelasnya mengenai pendapat tersebut, kami merekomendasikan agar Anda membeli buku “Argumen Ahlussunnah al jama’ah” karya Abu abdilah.



Kemudian dari beberapa pendapat para ulama diatas, kita dapat mengambil kesimpulan sekaligus pelajaran yang diharapkan bisa menambah wawasan keilmuan kita dalam tauhid dan barang tentu yang paling utama adalah bisa lebih memperkuat keimanan kita kepada Allah swt.

Kesimpulannya adalah bahwa Kalam Allah SWT ada dua macam. yakni; kalamunnafsy dan kalamullafdzy :

Kalam an-Nafsi

Kalam an-Nafsi adalah kalam yang tidak berhuruf dan tidak bersuara. Kalam inilah yang dimaksud oleh ke empat ulama diatas. Kita tentunya telah mengetahui bersama jika Nabi Musa AS mendapat gelar yang khusus yaitu “Kalimullah” yang memiliki makna bahwa Nabi Musa AS mendapat nikmat khusus untuk bisa melakukan percakapan dengan Allah SWT, berlangsungnya percakapan tersebut adalah dengan kalam an-Nafsi.

Jadi tidak benar jika Nabi Musa AS berbicara kepada Allah dengan bentuk suara maupun huruf karena perkataan dengan huruf dan suara merupakan kalam makhluq. Pada hari kiamat para manusia juga akan mendengar kalamullah yang bersifat an-Nafsi dan mereka memahami setiap perkara yang diajukan oleh Allah SWT seperti yang terdapat di dalam hadits Shahih Bukhari dalam bab zakat berikut :

١٣٢٤ - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ النَّبِيلُ أَخْبَرَنَا سَعْدَانُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُجَاهِدٍ حَدَّثَنَا مُحِلُّ بْنُ خَلِيفَةَ الطَّائِيُّ قَالَ سَمِعْتُ عَدِيَّ بْنَ حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ كُنْتُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا يَشْكُو الْعَيْلَةَ وَالْآخَرُ يَشْكُو قَطْعَ السَّبِيلِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا قَطْعُ السَّبِيلِ فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكَ إِلَّا قَلِيلٌ حَتَّى تَخْرُجَ الْعِيرُ إِلَى مَكَّةَ بِغَيْرِ خَفِيرٍ وَأَمَّا الْعَيْلَةُ فَإِنَّ السَّاعَةَ لَا تَقُومُ حَتَّى يَطُوفَ أَحَدُكُمْ بِصَدَقَتِهِ لَا يَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهَا مِنْهُ ثُمَّ لَيَقِفَنَّ أَحَدُكُمْ بَيْنَ يَدَيْ اللَّهِ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ حِجَابٌ وَلَا تَرْجُمَانٌ يُتَرْجِمُ لَهُ ثُمَّ لَيَقُولَنَّ لَهُ أَلَمْ أُوتِكَ مَالًا فَلَيَقُولَنَّ بَلَى ثُمَّ لَيَقُولَنَّ أَلَمْ أُرْسِلْ إِلَيْكَ رَسُولًا فَلَيَقُولَنَّ بَلَى فَيَنْظُرُ عَنْ يَمِينِهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ ثُمَّ يَنْظُرُ عَنْ شِمَالِهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ فَلْيَتَّقِيَنَّ أَحَدُكُمْ النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

1324. Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim an-Nabil telah mengabarkan kepada kami Sa'dan bin Bisyir telah menceritakan kepada kami Abu Mujahid telah menceritakan kepada kami Muhilla bin Khalifah ath-Tha'iy berkata; aku mendengar 'Adiy bin Hatim radliallahu 'anhu berkata; "Aku pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tiba-tiba datang dua orang yang seorang diantaranya mengeluhkan kefaqiran yang menimpanya dan yang seorang lagi mengadukan tentang para perampok di jalanan. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Adapun para perampok, dia tidak akan datang kepada kalian kecuali sedikit hingga rambongan dagang berangkat menuju Makkah tanpa gangguan. Adapun kefaqiran, tidak akan terjadi hari qiyamat hingga terjadi seseorang dari kalian berkeliling membawa shadaqahnya namun dia tidak mendapatkan orang yang mau menerimanya. Kemudian (pada hari qiyamat) pasti setiap orang dari kalian akan berdiri di hadapan Allah dimana antara dirinya dan Allah tidak ada tabir dan tidak ada penterjemah yang akan menjadi juru bicara baginya.Lalu Allah pasti akan berfirman: "Bukakankah aku sudah memberimu harta?". Lalu orang itu berkata,: "Benar". Kemudian Allah berfirman lagi: "Bukankah aku sudah mengutus seeorang rasul kepadamu?". Orang itu berkata; "Benar". Maka orang itu memandang ke sebelah kanannya namun dia tidak melihat sesuatu kecuali neraka. Lalu dia melihat ke sebelah kirinya namun dia juga tidak melihat sesuatu kecuali neraka. Karena itu, jagalah kalian dari neraka sekalipun dengan (bershadaqah) sebutir kurma. Jika dia tidak memilikinya maka dengan berkata yang baik".

Kelak di hari kiamat Allah akan menghisab seluruh hamba-Nya dalam waktu yang sangat singkat. Seandainya Allah menghisab mereka dengan suara, susunan huruf, dan dengan bahasa, maka Allah akan membutuhkan waktu beratus-ratus ribu tahun untuk menyelesaikan hisab tersebut, karena makhluk Allah sangat banyak.

Namun, di zaman now ini ternyata muncul juga pemikiran-pemikiran dari beberapa orang yang sangat kurang dalam pengetahuan agamanya dan dengan berani mereka mengatakan "bahwa mungkin saat ini Allah SWT telah menghisab mereka yang meninggal" dengan argument bahwa "tidak mungkin Allah SWT menghisab seluruh manusia ketika kiamat". Na’udzubillah



Kalam al-Lafdzi

Bagian ke dua dari kalamullah adalah kalam al-Lafdzi. Kemudian yang di maksud dengan kalam lafdzy adalah lafadz (perkataan) yang megibaratkan atau yang menjelaskan kandungan yang ada dalam kalam an-nafsi itu sendiri. Adapun pengertian lain yaitu kalam yang diciptakan Allah SWT yang diletakkan di Lauh Mahfudz.

Al-Qur’an adalah kalamullah

Al-Qur’an sebagai kalamullah secara pemaknaannya memiliki dua pengertian, yaitu :

Pertama : al-Lafzh al-Munazzal (perkataan yang diturunkan) maka ia adalah makhluk (diciptakan).

Al-Qur’an dalam pengertian lafazh-lafazh yang diturunkan (al-Lafzh al-Munazzal), yang ditulis dengan tinta di antara lembaran-lembaran kertas (al-Maktub Bain al-Masha-hif), yang dibaca dengan lisan (al-Maqru’ Bi al-Lisan), dan dihafalkan di dalam hati (al-Mahfuzh Fi ash-Shudur). Al-Qur’an dalam pengertian ini maka tentunya ia berupa bahasa Arab, tersusun dari huruf-huruf, serta berupa suara saat dibaca.

Al-Qur’an dalam pengertian pertama adalah sebagai ungkapan dari sifat Kalam Allah adz-Dzati. Maka al-Qur’an yang berupa kitab yang kita baca dan kita hafalkan, tersusun dari huruf-huruf, dan dalam bentuk bahasa Arab, bukan sebagai Kalam Allah al-Dzati (sifat Kalam Allah), melainkan kitab tersebut adalah ungkapan (‘Ibarah) dari Kalam Allah al-Dzati yang bukan suara, bukan huruf-huruf, dan bukan bahasa.

Allah memerintahkan Malaikat Jibril mengambil apa yang tercatat di Lauhul Mahfuz untuk diturunkan kepada nabi-nabiNya. Maka Jibril menurunkan sebagai mana yang diperintahkan oleh Allah kepada nabi-nabi yang diberi kitab. Contohnya Nabi Muhammad saw. Jibril membacanya (al-Quran) dengan huruf dan suara dalam Bahasa Arab yang didengar oleh Nabi Muhammad, kemudian Nabi pula membacakannya kepada para Sahabat sehingga sampailah kepada kita sekarang.

Kedua : (al-Kalam adz-Dzati) maka jelas ia bukan makhluk.

Al-Qur’an dalam pengertian Kalam Allah ad-Dzati merupakan salah satu sifat Allah yang wajib kita yakini, yaitu sifat al-Kalam. Sifat Kalam Allah ini, sebagaimana seluruh sifat-sifat Allah lainnya, tidak menyerupai makhluk-Nya. Sifat Kalam Allah tanpa permulaan dan tanpa penghabisan, serta tidak menyerupai sifat kalam yang ada pada makhluk. Sifat kalam pada makhluk berupa huruf-huruf, suara dan bahasa. Adapun Kalam Allah bukan huruf, bukan suara dan bukan bahasa.




Catatan :

Al-Qur’an baik dalam pengertian pertama maupun dalam pengertian kedua tetap disebut “Kalam Allah”. Kita tidak boleh mengatakan secara mutlak; “al-Qur’an Makhluk”, sebab pengertian al-Qur’an ada dua; dalam pengertian al-Lafzh al-Munazzal dan dalam pengertian al-Kalam adz-Dzati, sebagaimana di jelaskan diatas.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari posting Kalam Allah SWT bukan berupa huruf ataupun suara adalah bahwa ; kalam al-Lafdzi itu merupakan implementasi dari kalam an-Nafsi dalam bentuk suara dan huruf yag kita kenal sekarang Al-Qur’an. Pengimplementasian tersebut agar bisa di pahami oleh makhluk yang sangat bergantung pada suara dan huruf untuk memahami bahasanya. Dan yang paling penting adalah Al-Qur’an pada hakikatnya merupakan kalam an-Nafsi. Wallahu a'lam bish showab.

Asep Rois
Asep Rois Informasi yang disampaikan dalam setiap postingan di blog ini memiliki kemungkinan untuk keliru dari yang sebenarnya. Sebaiknya lakukan koreksi sebelum mengambil isinya.

Posting Komentar untuk "Kalam Allah SWT bukan berupa huruf ataupun suara"