Diantara Covid-19, Lockdown dan Fatwa Ulama

Diantara Covid-19, Lockdown dan Fatwa Ulama | Dari berbagai sumber berita, mulai yang kompeten hingga yang abal-abal, COVID-19 kini menjadi primadona dalam topik-topik pemberitaan, termasuk diblog ini.

Dintara Coronavirus, Lockdown dan Fatwa Ulama

Seperti tak ingin ketinggalan topik, hingga status yang menghiasi lini masa medsos seperti Facebook, Whatsapp dan Instagram milikku semua sudah terpapar dengan topik yang semakin seksi ini.

Namun, bukan warga +62 namanya kalau tidak ikut-ikutan meramaikan suasana, sehingga kondisi ketakutan itu kadang berubah menjadi sumber tawa yang merelaksasi kekakuan pikir.

Corona Virus jenis baru ini pertama kali ditemukan kasusnya dikota Wuhan China, yang kemudian masive menyebar ke seluruh dunia dari sekitar awal Januari 2020.

Penyebaran virus ini pun beriringan dengan masivenya pemberitaan diberbagai media berita dan sosial terkait ancamannya yang mematikan.

Ditambah dengan pernyataan-pernyataan dari WHO membuat COVID-19 ini semakin menyeramkan sekaligus menggambarkan keadaan dunia dalam keadaan yang gawat.

Seberapa menggawatkankah virus ini?,
"Jadi, COVID-19 menjadi gawat karena masyarakat mengalami paranoid akibat paparan medsos yang mencekoki input menakutkan secara gencar, padahal kematian karena COVID-19 itu umumnya juga bukan hanya karena flu, tapi pasien memiliki komplikasi bawaan. Solusinya, perbanyak vitamin C, E atau madu, kalau flu/pilek, tapi kalau hari ke-7 mengalami sesak nafas, maka langsung ke dokter," kata Drh Moh Indro Cahyono, dilansir dari Antara.

Kalau memang seperti itu, berarti yang paling gawat itu adalah rasa ketakutan yang berlebih. Karena rasa takut bisa mengurangi daya tahan tubuh kita.

Padahal kata para dokter, yang bisa melawan virus yang paling efektif adalah daya tahan tubuh yang maksimal.

Intinya, jangan terlalu berlebih dalam ketakutan, tetapi jangan pula kehilangan kewaspadaan.


Terlepas dari hal itu, informasi penyebaran COVID-19 di Indonesia patut disikapi dengan pemikiran serta tindakan yang bijaksana dan mengedepankan kepentingan orang banyak.

Kepentingan orang banyak adalah hak mendapatkan kesehatan serta pelayanan kesehatan ketika terjadi masalah pada kesehatannya.

Sejauh ini pemerintah sudah terlihat semakin serius dalam mengambil keputusan serta memberikan arahan kepada masyarakat mengenai bahaya penyebaran corona virus jenis baru yang resmi dinamakan covid-19.

Namun keseriusan pemerintah tidak akan ada gunanya bila tidak diikuti dengan sikap yang kooperatif dari masyarakatnya.

Belajar dari Italia yang diberi julukan Negeri spaghetti, beberapa hari yang lalu secara resmi telah me-lockdown seluruh wilayah yang ada di negara itu.

Apakah itu karena kelalaian pemerintahnya? atau apa sebenarnya yang terjadi disana?..

Respon dan keputusan yang cepat dari pemerintah Italia sebetulnya sudah sangat maksimal, namun Italia semakin memburuk akibat serangan inveksi covid-19 yang tidak dianggap ancaman oleh keumuman rakyatnya.

Sikap membandel rakyat Italia kepada arahan dan intruksi pemerintahnya, mungkin ini salah satu penyebab memburuknya keadaan Italia,

hingga akhirnya keputusan untuk me-lockdown seluruh negara menjadi satu-satunya keputusan yang harus diambil demi menyelamatkan rakyat.

Berukut ini salah satu gambaran keadaan Italia yang dimuat di NETRALNEWS.COM dari awal terkonfirmasinya kasus inveksi COVID-19 sampai pada keputusan untuk melockdown seluruh Negara Italia. 👇👇👇



Indonesia yang dikenal dunia dengan ciri spiritualnya yang tinggi, pun kini sudah mulai terdampak dengan paparan covid-19 yang menggemparkan dunia ini.

Dalam arti ini menjadi sinyal bagi seluruh masyarakat, bahwa kemungkinan kejadian yang dialami Italia bisa juga di alami Indonesia.

Tentunya bila keliru dalam menyikapi kehadiran sang virus di Negeri ini.

Bila Lockdown diberlakukan sudah barang tentu resikonya akan kena kepada seluruh elemen masyarakat, mulai pegawai negeri, pedagang bahkan kepada pengangguran seklaipun akan merasakan resiko pahitnya.

Indonesia adalah Negara yang religius, berarti secara mental seharusnya sudah sangat siap menghadapi kehadiran virus ini.

Oleh karena itulah hadirnya para ulama sangat dibutuhkan untuk menjadi pengayom yang bisa mengajak umatnya berpikir dewasa dan bisa menyikapi peristiwa covid-19 ini dengan keimanan, ketakwaan serta ilmu.

Betul sekali "sebagai muslim, kita hanya takut pada Allah swt" namun tidak berarti kita melupakan pengelolaan sebab dan akibat karena itu merupakan sunnatullah yang harus dijalankan.

Ada kejadian maka harus ada respon yang ditunjukan sebagai bagian dari ikhtiar, ikhtiar adalah implementasi dari ketawakalan.

Baginda Nabi pernah menyuruh Sahabatnya dengan mengatakan;


"Larilah engkau dari lepra sebagaimana larinya engkau dari singa" (HR. Bukhari)

Ini mengisyaratkan bahwa ikhtiyar itu wajib dilakukan demi menghindari bahaya yang bisa mencelakakan.

Ini berlaku bagi siapapun dan tidak dibatasi oleh "sholeh atau tidak sholeh" semuanya harus berani menunjukan tanggung jawabnya.

Sebagai gambaran pada masa lalu, bahwa; Sahabat Nabi yag mulia Muadz bin Jabal wafat karena wabah penyakit.

Dan itu tidak bisa dijadikan alamat pada keimanan yang rendah.

Kemudian dalam kesempatan lain, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda;
"Janganlah kalian mencampurkan antara yang sakit dengan yang sehat." (HR. al-Bukhari)
Hadits tersebut tidaklah mengikat, tetapi memiliki sifat yang umum.

Sehingga ketika Majelis Ulama membuat surat edaran yang berisi point-point anjuran kepada masyarakat, dari sinilah salah satu dasarnya.

Betul sekali, Masjid itu rumah Allah, sudah sepantasnya masjid dibuka seleber-lebarnya untuk orang bisa melakukan ibadah.

Tetapi tidak berarti "tidak mungkin terpapar wabah yang membahayakan seperti Covid-19" dari itu, penting melakukan pencegahan.

Dalam menentukan teknik pencegahan, ulama akan memanggil ahlinya, dalam hal ini akan berdiskusi dengan para dokter yang ahli di bidang ini.

Para Ulama itu sangat sadar, bahwa ; "apabila sebuah urusan diberikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggu saja saat kehancurannya."

Sehingga para ulama itu, tidaklah memutuskan sebuah fatwa dengan kehendaknya sendiri melainkan setelah melibatkan para ahli yang kompeten dibidangnya.

Diantara Virus Corona, LockDown dan Fatwa Ulama Ada Wujud Ujian

Virus Corona, lockdown dan fatwa Ulama merupakan wujud ujian yang harus dijalani umat.

Sampai sejauh manakan kemampuan memberikan sikap terbaik demi menyelamatkan kehidupan manusia secara menyeluruh.

Oleh karena itu, ini adalah saatnya membangun kesepahaman dalam memerangi ancaman yang hampir nyata menjadi pandemik.

Dan bisa mengancam kelangsungan kehidupan manusia secara menyeluruh.

Kehadiran Corona Virus Disiase -19 harus dipahami sebagai hadirnya suatu Ancaman yang perlu dijawab dengan sikap yang tepat.

Oleh karenanya kita harus belajar dari negara yang sudah terlebih dahulu terpapar oleh virus ini.

Lockdown bukanlah pilihan yang baik, tetapi mencegah terjadinya dampak yang lebih buruk merupakan keputusan yang wajib diambil.

Fatwa Ulama sangat jelas, inilah jembatan kesepahaman kita sebagai masyarakat, tidak perlu membesar-bersarkan pernyataan yang berbeda dengan keinginan syahwat pikiran sendiri.

Demi kemaslahatan kehidupan bersama, maka pilihan mentaati ulama dan umaro saat ini adalah pilihan paling tepat dan paling hebat.

Kemudian dalam postingan ini mengambil sampel dari pengalaman Italia, kita tidak bermaksud mengolok - olok sahabat kita di Negeri Spaghetti itu,

tetapi lebih mengambil pelajaran berharga agar kejadian serupa tidak terulang disini.

Terakhir, semoga COVID-19 ini secapatnya berhenti.

Anda Juga Mungkin Tertarik Dengan Artikel Berikut!

Surat Edaran Tentang Sholat Jum'at Untuk Mencega Penyeberan Covid-19
Surat Edaran Tentang Pencegahan Virus Corona Di Sekolah
Posisi Ulama Dan Sains Dalam Menyikapi Covid-19
Asep Rois
Asep Rois Informasi yang disampaikan dalam setiap postingan di blog ini memiliki kemungkinan untuk keliru dari yang sebenarnya. Sebaiknya lakukan koreksi sebelum mengambil isinya.

Posting Komentar untuk "Diantara Covid-19, Lockdown dan Fatwa Ulama"