Memahami Kewajiban Menuntut Ilmu Bagi Setiap Muslim

Memahami Kewajiban Menuntut Ilmu Bagi Setiap Muslim | Saat ini, untuk mendapatkan pengetahuan tidak sesulit seperti pada masa 20 tahun ke belakang. Untuk mendapatkan informasi mengenai suatu pengetahuan sudah tidak lagi membutuhkan ruang dan waktu. Asal mau dan punya kuota apapun bisa ditelusuri dipencarian google.

Hal itu sangat positif dan sangat patut disyukuri sebagai nikmat atas kemudahan mendapatkan pengetahuan dizaman yang sudah serba canggih ini.

Tetapi disisi lain, ada potensi yang bisa membuat banyak orang terjebak dalam kekeliruan pengetahuan itu sendiri. Ini sangat penting dikritisi, khsusunya oleh kaum muslim yang sangat terikat dengan akhlak dan kesantunan dalam menyikapi pengetahuan yang dimilikinya.

Agar tidak mudah terjebak dalam kekeliruan yang diakibatkan kemudahan mendapatkan ilmu pengetahuan ini; sebaiknya setiap muslim mau menyempatkan diri untuk Memahami Kewajiban Menuntut Ilmu Bagi Setiap Muslim

Memahami Kewajiban Menuntut Ilmu Bagi Setiap Muslim

Hakikat Ilmu Untuk Umat Islam

Ilmu adalah bagian inti yang tidak bisa dilepaskan dari umat manusia. Hal ini membuat manusia harus lebih giat dan semangat dalam mengemban misi sebagai makhluk yang diberi akal dan fikiran, karna dalam perkembangannya, ilmuwan sering menemukan hal-hal baru dalam khasanah keilmuan yang perlu dipublikasikan kepada khalayak sebagai suatu pengetahuan yang dapat dibuktikan kebenaran ilmiahnya.

Dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim karya Burhanul Islam al-Zarnuji pada penggalan syair Muhammad bin Hasan bin Abdillah
“Tuntutlah Ilmu, karena ilmu merupakan perhiasan bagi pemiliknya, keunggulan, dan pertanda segala pujian”.  
Pada bait yang pertama ini menunjukkan bahwa ilmu sebagai perhiasan yang indah bagi pemiliknya, karena ilmu akan selalu menjaga pemiliknya tidak seperti harta yang harus dijaga oleh pemiliknya.

Selain itu, ilmu sebagai tolak ukur atau pembeda antara yang berilmu dan orang awam yang tidak berilmu, sehingga kedudukan orang yang berilmu itu lebih tinggi dari kedudukan yang tidak berilmu.

Ilmu sebagai ayat kauniyah Tuhan sangat perlu dibaca oleh semua umat manusia agar manusia itu bissa berfikir mengenai kebesaran Tuhannya yang indah dalam menciptakan alam semesta dan seisinya, serta tunduk dan tidak menyombongkan diri atas apa yang dimilikinya.

Kewajiban Menuntut Ilmu Bagi Setiap Muslim

Harus disadari oleh setiap muslim bahwa; sesungguhnya memahami ilmu itu lebih penting dari pada memperbanyak zikir, khususnya mempelajari ilmu tentang cara ibadah dan bermu’amalah merupakan kewajiban (fardhu ain) bagi setiap muslim. Alasan mendasarnya adalah karena ilmu tersebut yang akan menentukan kesempurnaan ibadah dan mu’amalahnya.

Menuntut Ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap Muslim ( Fardhu 'Ain), muda maupun tua, lelaki maupun wanita semuanya sangat tertuntut oleh kewajiban menuntut ilmu. Seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa;

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah no. 224)

Tidak semua ilmu wajib 'ain dituntut oleh setiap muslim. Karena ilmu yang masuk pada kriteria wajib didahulukan menuntutnya adalah ilmu hal. Ilmu hal ialah ilmu yang dibutuhkan secara terus menerus seperti ilmu tentang wudlu, sholat dan hal-hal yang berhubungan dengan keabsahan ibadah dihadapan Allah swt.

Jadi ilmu yang wajib dicari/dituntut itu adalah ilmu agama yang menjadikan setiap perbuatan ibadah seseorang menjadi sah karena bisa memenuhi setiap syarat dan rukunnya. Karena untuk memenuhi syarat dan rukun harus berdasarkan ilmu yang jelas.

Kemudian setelah seseorang memahami ilmu agama/ hukum-hukum ibadah, mu’amalah dll, baru dia meyempurnakan kehambaannya dengan memperbanyak zikir, tafakkur, mencari keutamaan Alloh Ta’ala (rezeki) dan lain sebagainya.

Ibadah tanpa ilmu akan menjadi amalan yang kosong alias hampa isinya dan tidak akan berarti dihadapan Alloh Ta’ala. Juga tidak menutup kemungkinan amalan tersebut tertolak karena tidak dibarengi dengan ilmu. Begitu juga mu’amalah/ berdagang tanpa mengindahkan hukum syari’ah, maka yang dikhawatirkan kemudian adalah akan mendapat penghasilan yang haram atau syubhat.

Bukan berarti setiap muslim wajib menguasai ilmu agama sepenuhnya, akan tetapi, minimal seorang muslim wajib memahami ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan amalan-amalan fardhu yang sudah menjadi kewajibannya seperti sholat yang lima waktu, puasa, zakat, mu’amalah dan hal lainnya.

Fakta Saat Ini

Pada saat ini, di zaman yang sudah serba canggih ini, kebanyakan orang terliahat sangat serius dan berjuang keras mencari ilmu duniawi, seperti cara mengumpulkan harta benda sebanyak-banyaknya, sementara pengetahuan agamanya dibiarkan kosong sehingga tidak lagi mengenal urusan halal dan haram bahkan maksiat dianggap soal biasa.

Padahal betapa hebat dan terpujinya seorang yang pintar dalam urusan duniawi namun mempunyai pengetahuan yang cukup dalam urusan agama, ber-akhlaqul karimah, ta’at beribadah dan bisa mendidik keluarganya secara Islami.

SYARAT MENUNTUT ILMU DALAM KITAB TA'LIMUL MUTA'ALLIM

Manusia dibedakan dengan makhluk hidup lainnya dengan pengetahuan. Bumi diserahkan kepada hewan-hewan itu sudah siap pakai. Akan tetapi manusia tidak demikian, bumi diserahkn kepada manusia itu sudah siap olah, manusia berkewajiban mengolah. Yg berarti manusia dituntut berupaya, berusaha, dan bekerja keras. Dalam arti belajar dengan tekun bagi para penuntut ilmu untuk mencapai hasil atau tujuan yg diinginkn.

Dngan demikian kerja keras manusia itu adalah bagian dari  kewajibannya. Atau belajar dngan tekun adalah bagian dari kewajiban penuntut ilmu untuk mencapai tujuannya yang lebih baik.
Mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim yg berakal, baik miskin atau kaya, orang kampung atau pun orang kota, selama dia berakal sehat wajib hukumnya mencari ilmu. Seperti yang telah dijelaskan diatas.

Dalam kajian hukum Islam, bahwa standar hidup yg ideal bagi manusia adalah Haddul Kifâyah, Lâ Haddul Kafaf (batas kecukupan, bukn batas pas-pasan). Dan kita tahu bahwa kewajiban dalam mencari ilmu dimulai dari rahim ibu sampai liang lahat. Dngan demikian untuk memenuhi standar hidup yg ideal hendaknya tidak hanya pas-pasan. Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yg ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis bahwa syarat-syarat mencari ilmu ada 6, yaitu:

1. Cerdas. 

Cerdas merupakan salah satu syarat untuk mencari ilmu. Kecerdasan adalah bagian dari pengaruh keturunan jalur psikis. Dari ayah dan bunda yg cerdas akn lahir anak-anak yg cerdas, kecuali adanya sebab-sebab yg memungkinkn menjadi penghalang transformasi sifat-sifat tersebut baik situasi fisis maupun psikis.

Sehat jasmani dan lemah jasmani, maknan bayi dalam kndungan maupun situasi psikis ayah bunda seperti semangat dan himmah mencari ilmu, melakukn kejahatan, emosi, maupun warna pikiran akn ikut memberikn pengaruh yg besar bagi keturunan. Itulah buktinya bahwa dari ayah dan bunda yg sama akn lahir anak-anak dngan kondisi fisik, watak, sifat dan kecerdasan yg berbeda.

Mengenai kaitan keturunan dngan ilmu pengetahuan maka kita perlu mengingat bahwa yg diturunkn dari orangtua adalah tingkat kecerdasannya saja bukn kekayaan ilmu pengetahuan. Kekayaan ilmu pengetahuan tidak ada jalan lain kecuali belajar dngan baik. Sabda nabi Saw:

(إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ (الحديث
    “Bahwasanya ilmu itu diperoleh dngan (melalui) belajar”. Al-Hadis

Dan yang menjadi masalah sekarang ini adalah bagaimana anak yg cerdas (karena keturunan) tetapi tidak memiliki ketekunan dan kesungguhan dalam mencari ilmu, jawabannya sudah pasti bahwa dia tidak akan dapat menjadi orang pandai/‘Alim.

2. Semangat yang tinggi

      “Kejarlah cita-citamu setinggi langit”. 
Peribahasa ini memberikn arti bercita-citalah setinggi-tingginya dan raihlah cita-cita itu sampai dimana pun. Peribahasa tersebut memberikn motivasi kepada kita untuk pantang menyerah mengejar cita-cita (pendidikn) kita.

Orang yg mencari ilmu haruslah seperti peribahasa di atas: “selalu berusaha dan berusaha mencari ilmu untuk mencapai cita-cita yg tinggi”.

Bahkn menurut Imam as-Syafi’i, dalam mencari ilmu jangan sampai langsung merasa puas terhadap apa yg telah didapat dan jangan hanya mencari ilmu di satu daerah saja.
مَافِى الْمَقَامِ لِذِيْ عَقْلٍ وَذِيْ أَدَبٍ  .   مِنْ رَاحَةٍ فَدَعِ اْلاَوْطَانَ وَاغْتَرِبِ
سَافِرْ تَجِدْ عِوَضًا عَمَّنْ تُفَارِقُهُ   .  وَانْصَبْ فَإِنَّ لَذِيْذَ الْعَيْشِ فِى النَّصَبِ
“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar di luar negeri, di sana banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama, jangan takut sengsara, jangan takut menderita, keni’matan hidup dapat dirasakn sesudah menderita.” (diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi Tanara Banten yg ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4)

Ada tiga kategori manusia; Berjaya: jika hari ini lebih baik dari kemarin, Terpedaya: hari ini sama seperti kemarin, Celaka: hari ini lebih buruk dari kemarin.

3. Sabar 

Dikutip dari bukunya Prof. KH. Ali Yafie “Manusia dan Kehidupan” bahwa manusia pada hakekatnya dihadapkn kepada pertanyaan-pertanyaan yg harus dijawab (tantangan). Seorang manusia harus mampu menjawab berbagai pertanyaan menygkut kehidupannya yg terkait dngan berbagai tantangan dan persoalan. —2006: 1

Seseorang yang mencari ilmu sudah barang tentu akn menghadapi macam-macam gangguan dan rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah untuk menghadapi semuanya itu, dan perlu diketahui bahwa sabar adalah sebagian dari Iman, “As-Shobru mina al-îmân”.

Sabar disini mengandung arti tabah, tahan menghadapi cobaan atau menerima pada perkara yg tidak disenangi atau tidak mengenakn dngan ridha dan menyerahkn diri kepada Allah Swt. Sabda Nabi Saw:
اَلصَّبْرُضِيَاءٌ
     “Bersabar adalah cahaya yang terang”.
Tetapi kesabaran disini harus diartikn dalam pengertian yg aktif bukn dalam pengertian yg pasif. Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa usaha untuk memperbaiki keadaan. Sesuai ajaran agama pengertian sabar dan kata-kata sabar itu misalnya dapat ditemukn di dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran. Yakni satu surat yg terdiri dari 200 ayat yg menjelaskn mengenai keseluruhan perjuangan besar dan berat yg telah dilakukn rasulullah Saw sepanjang hidupnya.

Ada dua perjuangan berat yang dilakukan Rosulullah dan sangat menentukan yaitu pertempuran badar dan uhud. Di dalamnya terdapat banyak kata-kata sabar, tetapi kata-kata sabar itu selalu diletakn dalam konteks perjuangan bukn dalam konteks seseorang ditimpa musibah.

Dngan demikian dapat diperoleh gambaran dan kesimpulan pengertian bahwa sabar yg aktif itu artinya suatu mentalitas ketahanan belajar, memiliki mental kuat untuk tekun belajar, berusaha dengan keras seoptimal mungkin, penuh daya tahan, tidak jemu dan tidak bermalas-malasan. Selain itu, dalam belajar harus berkonsentrasi (Khudzurul Qalb) karena jika belajar pikirannya bercabang maka tidak bisa optimal. Salah satu bagian dari sabar adalah Khudzurul Qalb.

4. Bekal (biaya). 

Setiap perjuangan pasti ada pengorbanan, itulah logiknya, manusia menjalani hidup ini butuh pengorbanan begitupun mencari ilmu.

Biasanya, dalam hal biaya ini menjadi dalih masyarakat yg sangat utama dalam mencari ilmu khususnya pada pendidikn formal. Sehingga ketika ditanya salah seorang yg tidak belajar di pendidikn formal misalnya, “kenapa kamu atau dia tidak sekolah?” jawabannya sungguh gampang sekali, “saya atau dia tidak sekolah karena tidak punya biaya.

Seperti dijelaskn sebelumnya bahwa pendidikn wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan dijelaskn lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib mencari ilmu. Pendidikn bukn hanya pendidikn formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikn kepada para penuntut ilmu,

إنَّ ﺍﷲَتَكَفَّلَ لِطَالِبِ اْلعِلْمِ بِرِزْقِهِ 
“Sesungguhnya Allah pasti mencukupkn rezekinya bagi orang yg mencari ilmu”

5. Petunjuk Guru

Ilmu didapat dngan dua cara. Pertama bil kasbi. Yakni didapat dngan cara usaha keras sebagaimana layaknya pencari ilmu biasa. Ia belajar mencari ilmu dngan tekun belajar dari bimbingan yg benar. Kedua bil kasyfi. Yakni dngan cara mendekatkn diri kepada Allah Swt secara total. Cara ini adalah cara untuk orang khusus.

Sebagai penuntut ilmu berusahalah semaksimal mungkin untuk dapat mengkorelasikn keduanya. Juga, berusaha semaksimal mungkin untuk mendapat petunjuk guru karena tanpa petunjuk guru dan tanpa taqarrub (ibadah mendekatkn diri) total kepada Allah bisa jadi ilmu tersebut datangnya dari iblis la’natullah ‘alaih. Profesionalisme guru artinya seorang guru harus mampu menguasai pelajaran sesuai dngan bidangnya.

Sebagai guru haruslah mempunyai sifat-sifat yg mencerminkn kemuliaan ilmu dan tabi’at akhlaq yg baik. Kita analogikn seorang petani profesional akn merawat tanamannya dari rumput pengganggu, ia akn membasmi hama dan penyakitnya. Demikian pula seorang pendidik haruslah membersihkn dirinya dari segala kebiasaan buruk dalam masyarakat. Ia akn tanggap dan waspada dngan para penyeru maksiat.

Hendaklah ia membenahi dirinya sebelum ia menebarkn benih-benihnya. Ia harus menanamnya dalam lahan yg subur.

Hendaklah ia menyibukkn diri dngan amal kebaikn, kesibukn-kesibukn akhirat yg akn menjadi tameng dari syahwat dan syubhat.

Kemudian sebaik-baik pendidik adalah yg konsisten dngan Al-Qur’an dan Al-Sunnah yg tercermin lewat akhlak dan amalan-amalannya yg shalih. Cerdas dalam mendeteksi penyakit hati serta berpengalaman dalam mengobatinya, remaja yg tumbuh dari pendidikn yang baik maka akan menjadi buah yg segar nan ranum. Ia bermanfaat bagi diri dan masyarakat sekitar.

Bebrapa ciri-ciri tabi’at guru—pendidik—yg harus ditanamkn adalah sebagai berikut:

  • Mencintai pekerjaannya sebagai guru
  • Adil terhadap semua murid
  • Sabar dan tenang
  • Berwibawa (dilihat dari ilmu dan taqwanya) serta kemampuan memengaruhi orang lain
  • Harus gembira
  • Bersifat manusiawi
  • Bekerja sama dngan manusia lain
  • Bekerja sama dngan masyarakat
  • Selalu ikhlas mendoakn muridnya
  • Berusaha ikhlas mengajarkn ilmunya


6. Cukup Waktunya. 

Maksud dari kecukupan waktu adalah menyelesaikan pendidikan samapai tuntas, jangan sampai berhenti di tengah jalan.

Kemudian Pesan dan Prinsip mencari ilmu tergambar pada kata pepatah sebagai berikut:
“Berpikirlah di waktu pagi. Bekerjalah di waktu siang. Maknlah di waktu  sore dan Tidurlah di waktu malam”.
Ungkapan tersebut juga menganjurkn agar kita menggunakn waktu sebaik-baiknya, karena kunci keberhasilan dalam mencari ilmu adalah pandai mengatur waktu secara efektif, dngan mendahulukn aktifitas yg lebih penting dan membuang aktifitas yg kurang penting. Ini dapat dianalogikn sebagaimana uang yg hilang dapatlah dicari gantinya, kesehatan yg terganggu ada obatnya, tetapi bila waktu dan kesempatan yg hilang atau disia-siakn, maka tidak akn ada gantinya untuk selamanya.

Bagi seorang penuntut ilmu, bila di masyarakat hasil belajarnya tidak sesuai yg diharapkn, maka akn mengeluh dan menyesal. Bahkn masyarakat akn mencemoohnya. Hal ini digambarkn oleh seorang penyair :

“Akn datang kepadamu hari-hari dimana dirimu merasa masih bodoh, dan  akan datang pula berita mengenai kekurangan perbekalanmu”.
Dalam mencari ilmu pengetahuan, tidak ada kata berhenti. Dalam arti, seorang penuntut ilmu yg telah selesai pendidiknnya dan berkecimpung di masyarakat, tidak bisa mementingkn urusan bisnis dan ekonomi saja, tapi juga harus ikut memecahkn problematika yg muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Motivasi yg harus ditanamkn adalah dngan keikhlasan. Sehingga dngan hal tersebut orang lain akn lebih mudah menghargainya. Sikap ikhlas seseorang dapat diketahui dari tidak adanya pamrih apapun dari orang lain. Seorang penuntut ilmu harus mampu menghormati orang lain, karena bagaimana pun juga seseorang tidak akn bisa sukses dalam mencapai tujuan tanpa ada peran orang lain. Sikap dan perilaku hormat ini digambarkn oleh pesan Abu Bakar r.a kepada tentaranya :

“Perbaikilah dirimu, maka niscaya orang lain akn berbuat baik terhadapmu”.

Wallahu a'lam
Asep Rois
Asep Rois Informasi yang disampaikan dalam setiap postingan di blog ini memiliki kemungkinan untuk keliru dari yang sebenarnya. Sebaiknya lakukan koreksi sebelum mengambil isinya.

Posting Komentar untuk "Memahami Kewajiban Menuntut Ilmu Bagi Setiap Muslim"