Bara Itu, Tunduk Di Telapak Kesederhanaan
Bara Itu, Tunduk Di Telapak Kesederhanaan | Akhir - akhir ini sering sekali muncul di time line setiap media sosial yang aku miliki beragam ungkapan mengenai kebenaran atas berbagai gagasan. Dari gagasan tentang kenegaraan hingga cara memasang penutup aurat yang diklaim sebagai paling sunnah.
Semuanya seakan sedang berlomba memamerkan kebenaran yang diyakininya. Namun, disisi sebaliknya aku dapati, ada upaya untuk menghentikan kebenaran yang tidak sesuai dengan syahwatnya.
Padahal alamat kebenaran bagi orang beragama itu sudah sangat jelas dan tidak perlu lagi klaim mengklaim. Masalah kekurangan sudah ditempatkan oleh agama sebagai sebuah keniscayaan dan karena kekurangan itulah ada ayat yang mengarahkan orang untuk siap berlomba dalam mengkreasi amalnya agar menjadi yang terbaik disisi Allah swt.
Namun, namanya manusia, selalu tergoda dengan perasaan kurang, kendati sudah memiliki segunung uang.
Seorang pendosa yang bertaubat, sering tergoda dengan pertaubatannya sehingga menjadikan hasil taubatnya sebagai kebenaran yang tiada bandingnya. Jika ternyata ada yang membandingi, dia akan cepat memoles kebenaran miliknya dengan berbagai macam imajinasi yang dipaksakan untuk menjadi nyata, agar kebenaran miliknya menjadi yang terhebat.
Seorang pengilmu, selalu tergoda dengan derajat ilmunya. Namun, kemudian kederajatannya menjadi berubah karena ada pengilmu lain yang terlihat menyalip derajatnya.
Hingga akhirnya, indahnya kebenaran sulit ditemukan karena dia malah bersemayam di sosok manusia yang super sederhana dan selalu terkucilkan.
Sosok yang memakai payung Kesederhanaan memang selalu yang paling jujur, paling ikhlash dan paling berani menggenggam bara kebenaran itu.
Posting Komentar untuk "Bara Itu, Tunduk Di Telapak Kesederhanaan"
Posting Komentar
Tinggalkan komentar Anda dengan bahasa yang mudah dipahami, sopan, tidak negatif dan memotifasi semua orang.
Terimakasih