Posisi Sanad Keilmuan Dalam mengutip Fatwa Ulama Terdahulu

Bagai manakah posisi sanad keilmuan dalam mengutip fatwa ulama terdahulu? Pertanyaan ini terlontar karena banyaknya penomena dakwah yang muncul dalam beragam cara.

Tidak sedikit, peranan dakwah yang dilakukan dengan beragam bentuk ini telah memberikan citra yang baik untuk islam secara universal. Tetapi disisi lain ada juga yang berdampak pada kekeliruan pemahaman bagi umat, terutama mereka yang masih awam terhadap agama. Ini sangat menghawatirkan.

Posisi Sanad Keilmuan Dalam mengutip Fatwa Ulama Terdahulu


Pada zaman ini, ketika modernisasi telah melahirkan teknologi yang serba canggih, membuat segalanya mudah diakses termasuk catatan-catatan keilmuan yang diwariskan oleh ulama dimasa lalu.

Untuk mencari sekaligus memahami suatu teori, kini tidak perlu lagi melakukan perjalanan jauh dan panjang yang bisa menghabiskan waktu. Namun, cukup dengan menggerakan ujung jari, teori itu bisa langsung didapatkan dan dicari penjelasannya saat itu juga.

Tak terkecuali teori agama, atau lebih akrabnya dengan sebutan kaidah agama pun bisa didapat langsung dengan penjelasannya yang detil.

Bahasa sudah bukan lagi masalah, kendati hanya memiliki kemampuan menguasai 1 atau 2 bahasa lokal saja, sekarang sudah bisa mengambil banyak teori dan pendapat dari beragam bahasa yang ada didunia.

Untuk memahami isi buku yang berbahasa perancis, meksiko, jerman, belanda, arab dan berbagai bahasa negara lainnya sekarang tinggal menyalin dan mempastenya di mesin google translate. Hasilnya bisa langsung didapatkan. Walau sebenarnya masih terdapat kekeliruan yang tidak sedikit. Tetapi, intinya bisa diambil.

Terlepas dari beragam teori dari berbagai ilmu pengetahuan, baik yang dimuat dalam bahasa Inggris yang menjadi bahasa pengantar komunikasi nomor wahid didunia atau bahasa lainnya. Maka ada masalah serius bagi kaum muslim, mengenai teori pengetahuan Agama yang sebagian besarnya adalah untuk mendorong penguatan akidah.

Bahasa Arab, ternyata merupakan bahasa yang sulit diterjemahkan oleh mesin terjemah google. Ini berulang kali dicoba dan hasilnya selalu meleset dari yang seharusnya. sehingga mengambil pemahaman sebuah teori yang berbahasa Arab, sangat riskan untuk melahirkan kekeliruan dalam pemahaman.

Agama bukan sembarang pengetahuan, melainkan pedoman hidup yang penting bagi kelangsungan hidup kemanusiaan dimuka bumi ini. sehingga mengkaji dan memahaminya tidak bisa dilakukan sendiri, kendati itu oleh seorang ahli peneliti.

Otentikasi nilai yang ada didalam agama harus benar-benar jelas dalam memahami maknanya, karena sedikit saja ada kekeliruan, bisa-bisa yang seharusnya menjadi pedoman, malah menjadi buah simalakama yang menyesatkan.

Beragam artikel, hususnya artikel yang menyajikan bahasan tentang ilmu agama, mulai dari ilmu tata bahasa, hukum, akhlak sampai berbagai polemik yang melibatkan agama, semuanya sudah sangat mudah didapatkan di internet.

Sehingga siapapun yang ingin mempelajari agama, bisa membaca artikel-artikel itu dengan pilihan yang sangat beragam. Dari mulai tata bahasa, hukum, akhlak dan lain sebagainya semuanya bisa diambil dengan mudah.

Misalnya ketika seseorang yang ingin belajar sholat, maka akan didapatkan beragam teori dan penjelasan mengenai tatacara sholat yang benar. Ini sangat membantu untuk waktu yang mendesak. Seperti mereka yang ingin belajar sholat namun terbentur oleh kesibukan.

Tetapi, sekali lagi ilmu agama bukan sekedar pengetahuan mengenai teori dan tata cara, namun lebih jauh dari pada itu ilmu agama bertujuan untuk memperkuat akidah seseorang serta memunculkan akhlakul karimah bagi pola kehidupan manusia.

Kemudian bila melihat pada tujuannya seperti yang disebutkan diatas barusan, maka bila hanya dengan membaca saja tanpa bimbingan guru, bukanlah cara yang tepat untuk mengambil pemahaman mengenai ilmu agama. Apalagi berbagai kaidah yang mewajibkan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari setiap orang.

Pengertian Sanad

Sanad merupakan bagian dari keilmuan yang dimilik oleh umat islam. Sanad juga sudah menjadi sebuah tradisi ilmiah yang hanya dimiliki oleh umat Islam. Sehingga ini menjadi sebuah kekayaan keilmuan yang tidak dimiliki oleh umat diluar Islam. Ilmu sanad ini dimulai oleh para ahli hadits dengan metode-metode mengagumkan sehingga kedudukan dan keakuratan setiap hadits yang diriwayatkan tidak akan pernah diragukan disepanjang jaman.

Sanad berbentuk rangkaian nama-nama yang menjadi jembatan tersampaikannya riwayat atau berita dari awal datangnya berita hingga sipenerima berita paling akhir. Berita ini baik yang awalnya dari  hadits Nabi ﷺ atau dari kejadian-kejadian sejarah yang pernah terjadi.

Oleh karena itu Sanad berpungsi sebagai ilmu yang menjadi acuan untuk mengukur kualitas informasi dari masa lalu terkait validitasnya. Terutama mengenai keshahihan sebuah hadits dan disisi lain untuk mengukur validitas berita mengenai sejarah dan keilmuan yang dilahirkan pada masa lalu.

Mengutip Fatwa Ulama Terdahulu

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah menjadi sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindarkan lagi. Semua orang harus siap dengan itu. Namun, itu tidak mengartikan bahwa umat islam harus tergerus mengikuti alur perkembangan ini dengan melupakan apa yang sudah dimiliki dari beragam kekayaan dari masa lalunya.

Pada kenyataannya memang pengaruh perkembangan zaman ini sudah jauh memasuki kehidupan umat muslim. Dimana sebagian umat muslim lebih suka dengan tulisan-tulisan modern yang secara kesahihannya masih bias, bahkan ada yang mengenyampingkan karya ulama-ulama mereka.

Mereka lebih suka membaca sejarah dengan mengedepankan keindahan bahasanya tanpa mau mengoreksi keabsahan runut alurnya. Akhirnya banyak kekeliruan dalam menempatkan keilmuan yang tidak sesuai dengan tujuan asalnya.

Mungkin para pembaca masih ingat dengan kejadian seorang ust.gaul di kota Bandung yang namanya melejit karena kemampuannya dalam mengolah kata. Namun, akhirnya harus menghadapi gelombang protes hingga menggiringnya ke meja persidangan. Yang menjadi sebab adalah pernyataannya mengenai kehidupan Rosulullah yang pernah tersesat sebelum diangkat menjadi Nabi.

Inilah sebuah contoh kekeliruan ilmu yang tidak bersandar pada fatwa ulama dimasa lalu secara tepat. Anggapan mengenai otodidak dalam mengkaji agama merupakan sebuah kekeliruan besar dari umat muslim dizaman modern ini. Sehingga banyak yang tergerus kedalam kesesatan ilmu yang membuatnya menjauh dari tujuan agama yang telah diajarkan oleh Rosulullah SAW.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS:Al-Hujuraat | Ayat: 6).
Inilah posisi sanad keilmuan dalam mengambil fatwa ulama terdahulu sebagai bentuk tabayun pada tujuan keilmuan yang sebenarnya dan sesuai dengan tujuan dan peruntukannya.

Tiada bentuk tabayun dalam ilmu kecuali dengan mendatangi Guru sebagai ahli dalam keilmuan yang dimaksud. Guru akan menjelaskan posisi sebuah fatwa dari ulama terdahulu mengenai kondisi, peruntukan dan hikmah yang terkandung didalamnya untuk kepentingan umat muslim. Sehingga dengan cara ini tidak akan ada kekliruan dalam mengartikan fatwa, kecuali akan mendorong munculnya kemaslahatan untuk kehidupan umat secara utuh.

Semoga tulisan tentang Posisi Sanad Keilmuan Dalam mengutip Fatwa Ulama Terdahuluini bisa menginspirasi kita dalam mengelola pengetahuan yang sudah didapatkan sehingga memberikan kemaslahatan untuk kehidupan diri, keluarga dan orang yang ada disekitar kita.
Wallahu a'lam bish showab.
Asep Rois
Asep Rois Informasi yang disampaikan dalam setiap postingan di blog ini memiliki kemungkinan untuk keliru dari yang sebenarnya. Sebaiknya lakukan koreksi sebelum mengambil isinya.

Posting Komentar untuk "Posisi Sanad Keilmuan Dalam mengutip Fatwa Ulama Terdahulu"