Kandungan Makna Adzan Dan Iqamah

Mengetahui Kandungan Makna Adzan Dan Iqamah merupakan sesuatu yang tidak kalah pentingnya bagi seorang muslim. Mengingat adzan dan iqamah tidak melulu sebagai sinyal yang memberitahukan bahwa waktu sholat sudah tiba, Namun jauh dibalik itu ada pesan penting yang tersirat yang ditujukan kepada orang-orang beriman yang akan melaksanakan shalat.

Berikut ini kami sajikan penjelasan para ulama terdahulu mengenai rahasia yang terkandung dalam adzan dan iqomah dan yang paling diharapkan dari penyajian ini adalah kemanfaatan yang bisa kita petik bersama, sehingga ikatan ukhuwah islamiyah ini tidak hanya terikat dalam bentuk lahir, tetapi bisa semakin erat dalam bentuk batin kendati kita terpisah jauh oleh ruang dan waktu.

Inilah Kandungan Makna Adzan Dan Iqamah

Kandungan Makna Adzan Dan Iqamah

Kandungan makna adzan dan iqamah ini mendapat banyak perhatian dari para ulama terdahulu, mengingat mereka sangat fokus dalam menelaah ajaran Islam demi kemaslahatan umat sampai diakhir jaman.

Menurut Izzuddin Abdussalam bahwa terdapat 3 hak yang ada dalam adzan yang selalu dikumandangkan, ketiga hak itu adalah:

  1. Hak Allah Ta’ala
  2. Hak Rasulullah SAW
  3. Hamba Allah


Adapun yang merupakan hak Allah Ta’ala dalam adzan adalah takbir dan syahadat mengenai keesaan Allah. Kemudian yang menjadi hak Rasulullah SAW adalah syahadat kerasulan bagi beliau. Sedangkan hak hamba Allah,  khusus untuk wanita dan orang shalat sendiri adalah petunjuk masuk waktu shalat dan khusus untuk yang mau berjama’ah adalah menyeru kepada jama’ah.

Dalam hal iqamah, Izzuddin Abdussalam mengatakan menyebut hal yang sama dengan hak pada azan, yang berbeda hanya pada hak hamba Allah. Beliau mengatakan, hak hamba Allah pada iqamah adalah pemberitahuan mendirikan shalat dan kehadiran imam.

Untuk tambahan pemahaman pada kandungan adzan, bagus juga dikemukakan di sini hal yang menyangkut alasan perbedaan pendapat ulama dalam menentukan mana yang lebih utama adzan atau imamah?.

Izzuddin Abdussalam menjelaskan bahwa alasan ulama yang berpendapat lebih utama azan adalah karena amalan azan lebih banyak. Adapun imam hanya tidak ada tambahan dalam shalatnya kecuali hanya jihar zikir untuk berpindah dari satu rukun kepada rukun lain. Adapun alasan ulama yang berpendapat imamah lebih utama, karena dengan sebab imamahlah, imam dan para jama’ah makmum dapat pahala 25 atau 27 derajat, sedangkan ini tidak didapati pada azan.

Semua penjelasan di atas telah dikemukakan oleh Izzuddin Abdussalam dalam kitab beliau, Qawa’id al-Ahkam fi Ishlah al-Anam atau yang populer dengan nama al-Qawa’id al-Kubra.[Izzuddin Abdussalam, al-Qawa’id al-Kubraa, Dar al-Qalam, Damsyiq, Juz. I, Hal. 219-210]

Melihat dari sisi tinjauan lain, Qadhi ‘Iyadh mengatakan, azan merupakan kalimat-kalimat yang mencakup akidah iman yang terdiri dari dua pembagian, yakni pembagian ‘aqli (rasional) dan pembagian sima’i (sesuatu yang tidak dapat dirasionalkan). Memulai azan dengan lafazh “Allah” dan kesempurnaan-kesempurnaan yang mustahaq bagi Allah dan kemahasucian dari lawan-lawan kesempurnaan yang terkadung dalam ucapan Allahu Akbar. Ini merupakan sesuatu yang rasional bagi orang yang mau berpikir.

Kemudian kandungan di atas ditegaskan kembali  secara sharih dengan penegasan keesaan dan ketuhanan Allah dan menafikan syirik yang merupakan lawannya yang mustahil atas Allah Ta’ala. Tiang iman dan tauhid ini merupakan muqaddimah atas semua yang terkait dengannya.

Kemudian dilanjutkan dengan penegasan nubuwah kepada Nabi Muhammad SAW dan risalahnya kepada hidayah makhluq dan dakwah kepada Allah. Karena nubuwwah dan risalah termasuk dalam al-af’al jaizah al-wuqu’ (perbuatan yang jaiz terjadi), sedangkan iman dan tauhid yang merupakan muqaddimah di atas adalah wajib ‘aqli, maka tertib letak penegasan nubuwwah dan risalah adalah setelah penegasan iman dan tauhid. Dengan demikian sempurnalah ’aqaid ‘aqliyah, yakni yang wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah.

Qadhi ‘Iyadh melanjutkan, kemudian muazzin mengajak melakukan ibadah yang ditegaskan dengan mengajak shalat. Adapun tertib letaknya setelah nubuwwah, karena mengetahui kewajibannya melalui Rasulullah SAW (sima’i), bukan melalui  akal. Kemudian baru diakhiri dengan ajakan kepada kemenangan, yakni kekal dalam  nikmat (syurga), yang merupakan isyarat kepada perkara-perkara akhirat berupa hari kebangkitan dan balasan. Ini merupakan ujung dari kumpulan ‘Aqaid Islamiyah.

Adapun pengulangannya dalam iqamah shalat, karena untuk memberitahukan sudah waktunya masuk dalam shalat bagi orang yang sudah atau yang sebentar lagi hadir. Kandungannya adalah menguatkan iman dan mengulangi penyebutannya dengan hati dan lisan ketika masuk dalam ibadah, agar orang yang shalat masuk dalam shalat dengan penyaksian atas urusannya dan dengan pandangan bashirah keimanannya. Serta dia mengerti bahwa apa yang akan dilakukannya merupakan perkara yang besar dan padanya juga besar hak tuhan yang disembahnya serta besar pahala atas hamba-Nya.[Qadhi ‘Iyadh, Ikmal al-Mu’allim bi Fawaid al-Muslim, Dar al-Wifa’, Juz. II, Hal. 253-254]

Dari penjelasan mengenai kandungan makna adzan dan iqamah diatas kita bisa mengambil pelajaran, bahwa, adzan dan iqomah tidak melulu merupakan pengingat untuk melaksanakan shalat, tetapi yang lebih pentingnya adalah mengingatkan kita sebagai orang yang beriman pada keesaan Allah, kerasulan Nabi Muhammad dan tentu saja pada jalan kebahagiaan yang pada hakikatnya bertumpu pada shalat kita, baik sendiri maupun berjamaah. Wallahu a'lam bish-showab.
Asep Rois
Asep Rois Informasi yang disampaikan dalam setiap postingan di blog ini memiliki kemungkinan untuk keliru dari yang sebenarnya. Sebaiknya lakukan koreksi sebelum mengambil isinya.

2 komentar untuk "Kandungan Makna Adzan Dan Iqamah"

Comment Author Avatar
Terimakasih ifonya Gan, sangat menarik dan membuat aku punya wawasan baru, setelah kebingungan dengan puisi para elite...!!! salam
Comment Author Avatar
Sama-sama gan, semoga bermanfaat
terimakasih sudah berkunjung!

Tinggalkan komentar Anda dengan bahasa yang mudah dipahami, sopan, tidak negatif dan memotifasi semua orang.
Terimakasih