Inilah Penyebab Datang Hari Sial Kepada Kebanyakan Orang (Pesimis vs Optimis)

Mempercayai adanya hari sial Inilah Penyebab Datang Hari Sial kepada seseorang. Pemikiran yang diyakini merupakan ungkapan bawah sadar yang menuntun seseorang kepada sesuatu yang dipikirkannya. Padahal sudah diingatkan oleh para kyai bahwa; "Allah akan menakdirkan sesuatu sesuai dengan prasangka seseorang".

Inilah Penyebab Datang Hari Sial  (Pesimis vs Optimis)

Semenjak jaman jahiliyyah kebiasaan mempercayai hari sial ini memang telah ada. Mereka menganggap bahwa ada hari-hari tertentu yang selalu membawa kesialan bahkan berujung petaka. Semisal mereka selalu menganggap bahwa hari rabu terakhir disetiap bulannya adalah hari naas, sehingga mereka selalu menghindari kegiatan dihari itu. Bahkan, sampai kini kepercayaan itu ternyata masih ada.

Dalam pergaulan sehari-hari pada masa kini, kita sering kali mendengar obrolan dimasyarakat bahwa ada kesialan yang nyata terjadi sesuai dengan tanda-tanda yang tunjukan oleh orang yang dianggap ahli dalam menghitung kapan kesialan akan terjadi. Sehingga, sang ahli menyarankan untuk tidak melakukan kegiatan pada hari itu demi menghindari kesialan.

Memang banyak sih.. testimoni yang mengungkapkan pengalamannya mengenai hari sial sesuai dengan tanda-tandanya dan testimoni ini semakin meyakinkan banyak orang bahwa hari sial itu benar-benar ada. Namun, disisi lain, orang yang keyakinannya berlawanan bahkan bersikap acuh terhadap keyakinan itu justru malah melihat peluang yang akan memberikan keuntungan dihari yang dianggap sial oleh orang yang meyakininya.

Mengapa tulisan ini diangkat?, jelas ini sebenarnya sebagian besarnya adalah pengalaman pribadi penulis yang kemudian mencoba melirik sisi dari sisi pandangan akidah. Ternyata meyakini adanya hari sial itu ternyata malah menjadi sebuah masalah. Letak masalahnya pada adanya penyimpangan dari keyakinan yang seharusnya tertanam disetiap muslim yakni; "kesialan dan keberuntungan adalah hak perogatif Allah dalam menentukannya.

Bukankah segala sesuatu yang terjadi dasarnya ada pada kehendak Allah swt karena Allahlah yang maha berkehendak atas segala sesuatu. Setiap keberuntungan dan kesialan sudah dituliskan dilauhil mahfudh semenjak alam ini belum diciptakan. Oleh karenanya syari'at dari sisi akidah telah mengingatkan bahwa keyakinan atas hari sial itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan situasi dan kondisi tertentu.

Dalam sebuah kitab klasik yang masyhur 'Kasyf al-Khafâ’' Syekh as-Suhaili memberikan penjelsannya mengenai kerpecayaan ini sebagai berikut!

وقال المناوي نقلًا عن السهيلي: نحوسته على من تشاءم وتطير، بأن كانت عادته التطير وترك الاقتداء بالنبي -صلى الله عليه وسلم- في تركه، وهذه صفة من قل توكله، فذلك الذي تضر نحوسته في تصرفه فيه ثم قال المناوي: والحاصل أن توقي يوم الأربعاء على وجه الطيرة وظن اعتقاد المنجمين حرام شديد التحريم؛ إذ الأيام كلها لله تعالى لا تضر ولا تنفع بذاتها وبدون ذلك لا ضير ولا محذور، ومن تطير حاقت به نحوسته، ومن أيقن بأنه لا يضر ولا ينفع إلا الله لم يؤثر فيه شيء من ذلك

“Imam al-Munawi berkata dengan menukil dari as-Suhaili: Kesialannya atas orang yang pesimis (tasya’um) dan menganggap sial (tathayyur) dengan kebiasaannya yakin pada kesialan dan  meninggalkan drinya dari mengikuti Nabi yang meninggalkan keyakinan seperti itu, inilah sifat orang yang sedikit tawakalnya. Maka itulah orang yang celaka dengan kesialannya pada saat dia melakukan sesuatu di hari itu.
Kemudian Imam al-Munawi berkata: Kesimpulannya, bahwa orang yang menjaga diri di hari Rabu dengan alasan thiyarah (berprasangka sial) dan meyakini i'tikad dari ahli nujum merupakan perbuatan yang sangat diharamkan. Karena, seluruh hari adalah milik Allah Ta'ala, tidak mencelakakan dan tidak memberi manfaat secara mandiri dan tanpa hal itupun tak ada bahaya dan tidak ada larangan. Barang siapa menganggap sial (tathayyur), maka dia sangat berhak menerima kesialan itu. Dan barang siapa yang meyakini bahwa tidak ada yang dapat mencelakaan atau memberi manfaat selain  Allah, maka hal itu tidak berpengaruh bagi dirinya.” (al-Ajluni, Kasy al-Khafâ’, Juz I, halaman 19-20)

Pada dasarnya hari sial itu tidak ada. Kemudian adanya anggapan bahwa pada hari tertentu atau kejadian tertentu merupakan tanda akan terjadinya kesialan, justru itulah yang akan membuat orang yang meyakininya berakhir dalam kesialan.

Berbeda dengan orang yang tidak mempermasalahkannya, bila memang dia mengalami kegagalan atau suatu masalah di suatu saat atau suatu hari, dia akan menganggapnya sebagai hal wajar, karena dia akan melihat sebab. Kemudian dari sini dia akan melakukan evaluasi agar kegagalan (yang menurut orang pesimis sebagai kesialan) tidak terulang lagi dihari berikutnya. Bahkan dengan prasangka positifnya malah dia sering terhindar dari kesialan yang bahkan dalam perhitungan mata telanjang seharusnya terjadi.

Perhatikan video berikut ini!


Dihubungkan dengan kesejahteraan hidup dikebanyakan masyarakat, kemungkinan tingginya angka kemiskinan, baik diperkotaan maupun diperdesaan adalah akibat tathayur yang cenderung menghambat produktifitas banyak orang. Ini hanya sekedar opini penulis saja.

Dalam sebuah hadits kudsi dijelaskan bahwa; Allah berada dekat dengan setiap manusia sesuai dengan prasangkanya kepada Allah. Dengan kata lain, bila orang itu berprasangka baik, maka kebaikan yang akan didatangkan Allah kepadanya dan sebaliknya apabila berparasangka buruk, maka keburukan yang akan didatangkan kepadanya. Setidaknya inilah kaca mata yang harus dipakai dalam menyikapi segalah hal dalam kehidupan ini. Bukankan kehadiran agama itu untuk mempedomani kehidupan kita?...!

Selebihnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang ada di alam ini. Semoga semakin berkembangnya jaman, semakin dewasa pula kita sebagai muslim dalam melihat dan menyikapi problematikan kehidupan ini. Wallahu a'lam bish showab.
Asep Rois
Asep Rois Informasi yang disampaikan dalam setiap postingan di blog ini memiliki kemungkinan untuk keliru dari yang sebenarnya. Sebaiknya lakukan koreksi sebelum mengambil isinya.

Posting Komentar untuk "Inilah Penyebab Datang Hari Sial Kepada Kebanyakan Orang (Pesimis vs Optimis)"