Agama tanpa budaya ibarat robot. Kaku, tidak toleran

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama KH Said Aqil Siroj menegaskan, agama dan budaya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Agama tanpa budaya menjadi keras, sementara budaya tanpa agama menjadi sekuler.

Agama tanpa budaya ibarat robot. Kaku, tidak toleran

Agama tanpa budaya ibarat robot. Kaku, tidak toleran,” tegasnya pada Seminar Nasional yang digelar Forum Kajian Kitab Kuning (FK-3) IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Ahad (18/2). Kegiatan yang diselenggarakan rutin tahunan dalam rangka Gebyar Maulid Nabi (GMN) Muhammad SAW itu bertema "Islam dan Budaya".

Kiai Said mengatakan, Allah SWT menurunkan wahyu pertama kepada Rasulullah SAW dimulai dengan iqrayang dapat didefinisikan sebagai bacalah, cerdaslah, pandanglah dengan luas. Cerdas tapi tetap beriman.

“Peradaban Islam tidak pernah lepas dari dasar qul huwallahu ahad," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, saat di Yastrib (kemudian diganti menjadi Madinah, red.), Rasulullah berhasil membangun umat yang tidak berdiri di atas agama, tapi di atas tamaddun (saling menyokong).

Di Madinah, kata kiai kelahiran Cirebon itu, Nabi Muhammad membangun umat yang beradab, berbudaya, bermartabat, punya cita-cita hidup dan cerdas.




Oleh karena itu, menurut dia, sejarah peradaban Islam, sejarah budaya Islam lebih penting untuk dikaji daripada sejarah perang Islam ataupun sejarah politik Islam.

“Peradaban Islam diperkuat oleh banyak faktor, salah satunya adalah sektor ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, dahulu Imam Sibawaih mengarang ilmu nahwu, kemudian dibukukan, dinadzomkan, lalu ada yang mensyarahi, namun setelah itu kekreativitasan berhenti dan yang ada hanyalah melanjutkan karya-karya yang telah ada,” jelasnya.

Pada kesempatan itu ia mengajak hadirin mengkaji Islam dan kebudayaan atau Islam Nusantara sebagai konsepsi Islam di Indonesia.

“Pasang surutnya peradaban Islam ini yang harus menjadi peringatan untuk kita bahwa prinsip Islam Nusantara harus dipahami dengan betul-betul,” katanya.

Contoh ulama yang sangat memegang teguh Islam Nusantara adalah KH Hasyim Asyari, buktinya dialah yang mencetuskan prinsip "hubbul wathon minal iman".

Seminar yang dimoderatori Romzi Ahmad menghadirkan dua pembicara lain, yaitu KH Ng. Agus Sunyoto menyampaikan seputar sejarah proses Islamisasi budaya dari sudut pandang sejarah, serta Ngatawi Al Zastrouw yang mengantarkan pada gagasan-gagasan konsep islamisasi dan konsep kebudayaan.



sumber: https://www.nu.or.id/post/read/86279/-kiai-said-agama-tanpa-budaya-ibarat-robot
Asep Rois
Asep Rois Informasi yang disampaikan dalam setiap postingan di blog ini memiliki kemungkinan untuk keliru dari yang sebenarnya. Sebaiknya lakukan koreksi sebelum mengambil isinya.