Membaca Kitab Al-Barzanji - Bagian 3
Table of Contents
وأرضعته أمه أياما ثم أرضعته ثويبة الأسلمية * التي اعتقها أبو لهب حين وافته عند ميلاده عليه الصلاة والسلام ببشراه * فأرضعته مع ابنها مسروح وأبي سلمة وهي به حفية * وأرضعت قبله حمزة الذي حمد في نصرة الدين سراه * وكان صلي الله عليه وسلم يبعث إليها من المدينة بصلة وكسوة هي بها حرية * إلي أن أورد هيكلها رائد المنون الضريح وواراه * قيل علي دين قومها الفئة الجاهلية * وقيل أسلمت أثبت الخلاف ابن منده وحكاه * ثم أرضعته الفتاة الحليمة السعدية * وكان قد ردّ كل من القوم ثديها لفقرها وأباه * فأخصب عيشها بعد المحل قبل العشية * ودرّ ثدياها بدر در لبنه اليمين منهما ولبن الأخر أخاه * وأصبحت بعد الهزال والفقر غنية * وسمنت الشارف لديها والشياه * وانجاب عن جانبها كل ملمة ورزية * وطرز السعد برد عيشها الهني ووشاه *
Selama bebrapa hari bliau SAW di susui oleh ibunya, kemudian di susui oleh ibu Tsuwaibah Al-Aslamiyyah. Ia adalah mantan budak milik Abu Lahab yang di merdekakan oleh majikannya sejak ia datang padanya memberi kabar gembira tentang kelahiran Nabi SAW. Ia menyusui baginda bersama putranya yang bernama Masruh dan Abi Salamah dengan sangat senang. Sebelum itu ia menyusui Hamzah yang dapat sanjungan di dalam pembelaannya pada Islam.
Dan setelah Nabi SAW berada di Madinah, beliau memberinya pakaian yang layak dan sesuatu yang lain, sampai sepeninggalnya. Adapun agama yang ia anut, ada yang menceritakan bahwa ia tetap memeluk agama kaumnya, yaitu Jahiliyyah. Dan ada pula yang mengatakan bahwa ia telah masuk Islam, sebagaimana yang telah di ceritakan oleh ‘Ulama yang bernama Ibnu Mandah.
Kemudian ( setelah beliau selesai di susui oleh Tsuwaibah ), beliau di susui oleh seorang yang masih muda. Yaitu Halimah Assa’diyyah. Sebelum itu, ia tidak laku sebagai penyusu karena saking fakirnya. Namun setelah ia menyusui Nabi SAW, langsung ia menjadi kaya di sore harinya. Sampai air susunya mengalir dengan deras dan hingga susu yang lain di pakai menyusui saudara Nabi SAW. Dan ( berkah dari menyusui Nabi SAW ) ia menjadi gemuk dan kaya, begitu juga onta dan kambing yang ada di dekatnya, dan setiap musibah terhindar dari dirinya dan ahirnya hidupnya menjadi enak.
Keistimewaan Nabi SAW terlihat sejak masa kanak-kanak
Keistimewaan Nabi Muhammad SAW. memang sudah terlihat sejak beliau masih kanak-kanak. Kisah keistimewaan kang jeng Nabi ini dijelaskan pula dengan sangat teliti oleh syekh Ja'far pada bagian berikut;
عطر اللهم قبره الكريم * بعرف شذي من صلاة وتسليم
وكان صلي الله عليه وسلم يشب في اليوم شباب الصبي في الشهر بعناية ربانية * فقام علي قدميه في ثلاث ومشي في خمس وقويت في تسع من الشهور بفصيح النطق قواه * وشق الملكان صدره الشريف لديها وأخرجا منه علقة دموية * وأزالا منه حظ الشيطان وبالثلج غسلاه * وملئاه حكمة ومعاني إيمانية * ثم خاطاه وبخاتم النبوة ختماه * ووزناه فرجح بألف من أمته الأمة الخيرية * ونشأ صلي الله عليه وسلم علي أكمل الأوصاف من حال صباه * ثم ردته صلي الله عليه وسلم إلي أمه وهي به غير سخية * حذرا من أن يصاب بمصاب حادث تخشاه * ووفدت عليه حليمة في أيام خديجة السيدة الوضية * فحباه من حبائه الوافر بحباه * وقدمت عليه يوم حنين فقام إليها وأخذته الأريحية * وبسط لها من ردائه الشريف بساط بره ونداه * والصحيح أنها أسلمت مع زوجها والبنين والذرية * وقد عدهما في الصحابة جمع من ثقاة الرواة *
Semenjak masih kecil, Nabi SAW berkembang sehari sebagaimana umumnya anak selama satu bulan, dengan pertolongan Tuhan. Maka dalam tempo tiga bulan, beliau sudah bisa berdiri di dua kakinya. Bisa berjalan pada usia lima bulan, dan menjadi kuat fisiknya di usianya yang ke sembilan bulan, dengan di sertai pembicaraan yang terampil. Di saat itu juga ada dua Malaikat melakukan pembedahan pada dada beliau yang mulya dan mengeluarkan segumpal darahnya, yang mana darah itu merupakan bagian setan, lalu membasuhnya dengan salju. Keduanya mengisinya dengan hikmah dan keimanan. Kemudian keduanya menjahitnya dan ahirnya memberikan cap kenabian. Keduanya juga menimbangnya dengan seribu dari ummat beliau yang terbaik, namun beliau lebih berat dari semuanya. Sejak beliau masih kecil sudah berada di dalam peringai yang sangat sempurna.
Kemudian, setelah peristiwa pembedahan tersebut ibu Halimah mengembalikannya pada ibu beliau dalam keadaan tiada tega, karena hawatir terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan. Kemudian, pada saat setelah beliau nikah dengan Khodijah, seorang besar yang bersinar, ibu halimah pernah berkunjung pada Nabi SAW. Lalu beliau memberinya dengan pemberian yang besar. Dan di saat terjadi perang Hunain, ibu Halimah juga perna menemui Nabi SAW. Lalu beliau menghormatinya dengan pemberian dan mempersilahkan duduk di atas selendang yang sengaja beliau gelar untuknya. Sedangkan agama yang ia peluk menurut qoul yang sohih adalah Islam, ia masuk Islam bersama anak cucunya, sebagaimana ia di katagorikan sebagai Sohabat oleh sekelompok perowi yang bisa di percaya.
Masa-masa sulit ketika Ibunda Nabi Siti Aminah Di Panggil Oleh Yang Maha Kuasa
Pada bagian ini diceritakan kisah pilu yang harus dialami oleh Nabi SAW yang baru menginjak usia 4 tahun. Kisahnya ini ditulis oleh syekh ja'far juga dengan keindahan kata dan untaian kalimat yang sangat jelas menyentuh emosi pembacanya.
عَطِّرِ اللّهُمَّ قَبْرَهُ الْكَرِيْم، بِعَرْفٍ شَذِيٍّ مِنْ صَلاَةٍ وَ تَسْلِيْم
اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ
وَلَمَّا بَلَغَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعَ سِنِيْنَ خَرَجَتْ بِهِ أُمُّهُ إِلَى الْمَدِيْنَةِ النَّبَوِيَّةْ # ثُمَّ عَادَتْ فَوَافَتْهَا بِاْلأَبْوَاءِ أَوْ بِشِعْبِ الْحَجُوْنِ الْوَفاَةْ # وَحَمَلَتْهُ حَاضِنَتُهُ أُمُّ أَيْمَنَ الْحَبَشِيَّةْ # اَلَّتِيْ زَوَّجَهَا بَعْدُ مِنْ زَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ مَوْلاَهْ # وَأَدْخَلَتْهُ عَلَى جَدِّهِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَضَمَّهُ إِلَيْهِ وَرَقَّ لَهُ وَأَعْلَى رُقِيَّةْ # وَقَالَ: إِنَّ لاِبْنِيْ هٰذَا لَشَأْنًا عَظِيْمًا فَبَخٍ بَخٍ لِمَنْ وَقَّرَهُ وَوَالاَهْ # وَلَمْ تَشْكُ فِيْ صِبَاهُ جُوْعًا وَلاَ عَطَشًا قَطُّ نَفْسُهُ اْلأَبِيَّةْ # وَكَثِيْرًا مَا غَدَا فَاغْتَذَى بِمَاءِ زَمْزَمَ فَأَشْبَعَهُ وَأَرْوَاهْ # وَلَمَّا أُنِيْخَتْ بِفِنَاءِ جَدِّهِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ مَطَايَا الْمَنِيَّةْ # كَفَلَهُ عَمُّهُ أَبُوْ طَالِبٍ شَقِيْقُ أَبِيْهِ عَبْدِ اللهْ # فَقَامَ بِكَفَالَتِهِ بِعَزْمٍ قَوِيٍّ وَهِمَّةٍ وَحَمِيَّةْ # وَقَدَّمَهُ عَلَى النَّفْسِ وَالْبَنِيْنَ وَرَبَّاهْ # وَلَمَّا بَلَغَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِثْنَيْ عَشَرَ سَنَةً رَحَلَ بِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَمُّهُ إِلَى الْبِلاَدِ الشَّامِيَّةْ # وَعَرَفَهُ الرَّاهِبُ بَحِيْرَا بِمَا حَازَهُ مِنْ وَصْفِ النُّبُوَّةِ وَحَوَاهْ # وَقَالَ: إِنِّيْ أَرَاهُ سَيِّدَ الْعَالَمِيْنَ وَرَسُوْلَ اللهِ وَنَبِيَّهْ # قَدْ سَجَدَ لَهُ الشَّجَرُ وَالْحَجَرُ وَلاَ يَسْجُدَانِ إِلاَّ لِنَبِيٍّ أَوَّاهْ # وَإِنَّا لَنَجِدُ نَعْتَهُ فِي الْكُتُبِ الْقَدِيْمَةِ السَّمَاوِيَّةْ # وَبَيْنَ كَتِفَيْهِ خَاتَمُ النُّبُوَّةِ قَدْ عَمَّهُ النُّوْرُ وَعَلاَهْ # وَأَمَرَ عَمَّهُ بِرَدِّهِ إِلَى مَكَّةَ تَخَوُّفًا عَلَيْهِ مِنْ أَهْلِ دِيْنِ الْيَهُوْدِيَّةْ # فَرَجَعَ بِهِ وَلَمْ يُجَاوِزْ مِنَ الشَّامِ الْمُقَدَّسِ بُصْرَاهْ #
Setelah beliau menginjak usia empat tahun, beliau di ajak oleh ibunya pergi ke Madinah. Kemudia sekembalinya dari Madinah dan tepatnya di desa Abwa’ atau di Syi’bil Hajun ( dua pendapat ), Sang ibu wafat. Lalu beliau di gendong dan di asuh oleh Ummu Ayman Alhabasyiyyah yang mana beliau setelah itu di nikahkan oleh Nabi SAW dengan Zaid bin Haritsah, seorang mantan hamba Nabi SAW. Kemudian ( setelah sampai di Makkah ) ibu asuh membawanya masuk ke nenek Abd Muttholib, lalu sang nenek merangkulnya dan mengasihinya dan menggendong- nya ke atas. Seraya beliau berkata, “Anak- ku ini memilki sesuatu yang sangat agung, maka bagus sekali orang yang memulyakan dan mengasihinya.” Semenjak belau masih kecil, beliau tidak pernah sama sekali mengadukan lapar dan dahaga. Sering sekali beliau tidak makan, lalu meminum air zamzam dan ini sudah cukup menjadikan kenyang. Dan setelah nenek Abd. Muttholib meninggal, beliau di asuh oleh sang paman (saudara kandung sang ayah ), yaitu Abi Tholib dengan baik dan menjaganya dengan penuh, dan bahkan beliau lebih di dahulukan dari pada putra- putra sang paman sendiri.
Setelah beliau sampai ke usianya yang ke dua belas, beliau di ajak pergi oleh pamannya ke negeri Syam. Di sana oleh pendeta Buhairo tahu pada anak calon nabi ini dari sifat- sifat kenabian yang ada pada diri Nabi SAW. Ia berkata, “Aku yakin anak ini bakal menjadi nabi dan rosul. Pohon dan batu pada sujud padanya, padahal keduanya tiada bersujud kecuali kepada nabi yang banyak kembalinya pada Alloh SWT. Kami menemukan ciri- cirinya di dalam kitab- kitab samawi yang kuno. Di antara kedua punggung Nabi SAW ada cap kenabian yang di selimuti oleh cahaya.” Kemudian pendeta memerintahkan paman Nabi SAW agar di bawa pulang kembali, karena menghawatirkan terjadi sesuatu dari orang- orang Yahudi. Ahirnya Sang paman membawanya pulang dan tidak sampai melewati Bushro sebuah kota yang ada di Syam.
Posting Komentar
Terimakasih